Pagi itu tidak seperti kebiasaannya. Aku bangun pagi agak tersasar dari waktunya. Jam menandakan waktu sudah menjangkau jam 7. Tapi, badanku terasa agak berat untuk diajak bangun. Seolah-olah ada sesuatu yang memberatkan tubuhku. Sakit kepala tiba-tiba mengganjal di kepalaku. Waduh, ingin saja kuturutkan kehendak tubuh iaitu untuk terus tidur dan mencari mimpi indah agar tidak dipermasalahkan dengan apa yang sedang dialami kini. Namun, kalimat itu sering menyentakku dari lamunan dan hasutan syaitan di pagi hari. As-Sholatu Khoirum Minan Naum – Solat itu lebih baik dari tidur.
Alhamdulillah, taklif pada tiap pagi itu aku mampu menjalaninya. Segera kalimat-kalimat Istighfar dan Tasbih kepadaNya, tanda mohon keampunan kepadaNya yang maha Pemurah dan Penyayang, serta ucapan tasbih berupa kagum dengan kagunganNya. Sungguh, dengan kehendakNya aku masih bisa bangun dan solat dengan sempurna. Namun, di sela-sela pandanganku melihat keindahan alam melalui jendela rumahku, tragedi tadi pagi berulang kembali. Apakah aku salah makan tadi malam? Ataukah aku agak kemalaman tidur? Ataukah, ataukah...? bermacam-macam andaian yang aku mainkan di fikiran, tetapi malah membuat aku lebih parah menahan derita itu. Sakit kepalaku menerjah kembali. Badanku terasa menggigil seakan demam menimpaku. Atau mungkin sudah sememangnya tadi malam aku demam, tapi aku buat-buat tidak tahu kerana lambakan tugas yang perlu aku siapkan. Demi tuhan, aku tidak bermaksud menyiksa tubuhku. Duhai tubuh, jangan kau salahkan aku, karena aku tidak memenuhi hakmu.
Kufikir yang tepat pada waktu itu adalah merebahkan badan, agar dapat beristirahat untuk mengqadha’ apa yang aku belum berikan kepada sang tubuhku. Ah aneh. Demi masa, manusia itu pasti kerugian, jika tidak beriman dan beramal soleh. Ibuku menggugat tidurku yang lena tadi. Lantas, aku berterus terang bahwa aku sedang sakit dan tidak bisa bekerja. Duhai ibu, engkau memang pengertian. Tidak banyak ngomel, tapi terus saja ibuku menyuruh untuk aku meneruskan istirahat. Aku hanyut dibuai mimpi. Sungguh, dalam mimpi-mimpiku hadir orang yang pernah kucintai. AllahuAkbar! Aku tersergah dari mimpi tersebut. Jam menunjukkan kelibat waktu jam 1.30 tengah hari. Aduh, kuharap mimpi Rasulullah saw, kok figur lain yang hadir. Aku masih bersyukur kerana ia masih tetap manusia, dan bukan syaitan yang membisikkan hasutan-hasutannya. Mimpi itu sukar ditebak. Aku sendiri tidak suka menebak apa yang aku sendiri tidak ketahuinya. Biarlah, ia urusanNya.
Perjuanganku kini, ialah cuba untuk bangun dan membersihkan tubuh agar bisa segera solat dan beranjak ke Klinik favouriteku sejak kecil. Klinik Kerajaan. Bayaran RM 1, dengan service sama seperti Klinik Swasta, cuma bedanya ialah kita perlu menahan sakit agak lama kerana angka giliran kita pasti jurangnya agak jauh dari yang ada. Menunggu, ya menunggu. Hikmah menunggu ialah sabar. Sungguh sabar itu perlukan pengorbanan. Firman Allah SWT:
“Jadikanlah sabar dan solat sebagai penolongmu” (QS Al-Baqarah[2]: 45)
Lewat musibah ini, aku seolah-olah tersadar dari lamunan. Aku seakan-akan terketuk dari kelalaianku selama ini. Sabar dan Solat, itulah kuncinya. Selama ini, 2 kalimat itu belum bisa menjadi peneguh kekuatan spiritualku. Moga dengan ilmu-Nya, aku diberikan ilham akan pengertian sebenar tentang kesabaran dan solat itu sendiri.
Hari itu, aku semakin merasa nikmat yang belum pernah aku rasakan selama ini. Walau sekujur tubuhku merasakan kelelahan. Tapi, jiwa dan konsentrasiku penuh dengan dikir dan kedekatan kepada Yang Maha Esa. Ya Allah, lindungilah hamba-hambamu ini dari segala macam bentuk goadaan syaitan, dan berikanlah kami petunjuk yang benar agar kami mampu menjadi hamba-hamba yang soleh... Wahai Dzat Yang membolak balikkan hati manusia, teguhkanlah hati-hati kami di dalam jalanMu.
Alhamdulillah, taklif pada tiap pagi itu aku mampu menjalaninya. Segera kalimat-kalimat Istighfar dan Tasbih kepadaNya, tanda mohon keampunan kepadaNya yang maha Pemurah dan Penyayang, serta ucapan tasbih berupa kagum dengan kagunganNya. Sungguh, dengan kehendakNya aku masih bisa bangun dan solat dengan sempurna. Namun, di sela-sela pandanganku melihat keindahan alam melalui jendela rumahku, tragedi tadi pagi berulang kembali. Apakah aku salah makan tadi malam? Ataukah aku agak kemalaman tidur? Ataukah, ataukah...? bermacam-macam andaian yang aku mainkan di fikiran, tetapi malah membuat aku lebih parah menahan derita itu. Sakit kepalaku menerjah kembali. Badanku terasa menggigil seakan demam menimpaku. Atau mungkin sudah sememangnya tadi malam aku demam, tapi aku buat-buat tidak tahu kerana lambakan tugas yang perlu aku siapkan. Demi tuhan, aku tidak bermaksud menyiksa tubuhku. Duhai tubuh, jangan kau salahkan aku, karena aku tidak memenuhi hakmu.
Kufikir yang tepat pada waktu itu adalah merebahkan badan, agar dapat beristirahat untuk mengqadha’ apa yang aku belum berikan kepada sang tubuhku. Ah aneh. Demi masa, manusia itu pasti kerugian, jika tidak beriman dan beramal soleh. Ibuku menggugat tidurku yang lena tadi. Lantas, aku berterus terang bahwa aku sedang sakit dan tidak bisa bekerja. Duhai ibu, engkau memang pengertian. Tidak banyak ngomel, tapi terus saja ibuku menyuruh untuk aku meneruskan istirahat. Aku hanyut dibuai mimpi. Sungguh, dalam mimpi-mimpiku hadir orang yang pernah kucintai. AllahuAkbar! Aku tersergah dari mimpi tersebut. Jam menunjukkan kelibat waktu jam 1.30 tengah hari. Aduh, kuharap mimpi Rasulullah saw, kok figur lain yang hadir. Aku masih bersyukur kerana ia masih tetap manusia, dan bukan syaitan yang membisikkan hasutan-hasutannya. Mimpi itu sukar ditebak. Aku sendiri tidak suka menebak apa yang aku sendiri tidak ketahuinya. Biarlah, ia urusanNya.
Perjuanganku kini, ialah cuba untuk bangun dan membersihkan tubuh agar bisa segera solat dan beranjak ke Klinik favouriteku sejak kecil. Klinik Kerajaan. Bayaran RM 1, dengan service sama seperti Klinik Swasta, cuma bedanya ialah kita perlu menahan sakit agak lama kerana angka giliran kita pasti jurangnya agak jauh dari yang ada. Menunggu, ya menunggu. Hikmah menunggu ialah sabar. Sungguh sabar itu perlukan pengorbanan. Firman Allah SWT:
“Jadikanlah sabar dan solat sebagai penolongmu” (QS Al-Baqarah[2]: 45)
Lewat musibah ini, aku seolah-olah tersadar dari lamunan. Aku seakan-akan terketuk dari kelalaianku selama ini. Sabar dan Solat, itulah kuncinya. Selama ini, 2 kalimat itu belum bisa menjadi peneguh kekuatan spiritualku. Moga dengan ilmu-Nya, aku diberikan ilham akan pengertian sebenar tentang kesabaran dan solat itu sendiri.
Hari itu, aku semakin merasa nikmat yang belum pernah aku rasakan selama ini. Walau sekujur tubuhku merasakan kelelahan. Tapi, jiwa dan konsentrasiku penuh dengan dikir dan kedekatan kepada Yang Maha Esa. Ya Allah, lindungilah hamba-hambamu ini dari segala macam bentuk goadaan syaitan, dan berikanlah kami petunjuk yang benar agar kami mampu menjadi hamba-hamba yang soleh... Wahai Dzat Yang membolak balikkan hati manusia, teguhkanlah hati-hati kami di dalam jalanMu.
0 comments:
Catat Ulasan