Satu ketika, seorang sahabat datang untuk berjumpa dengan saya. Lalu, beliau meluahkan perasaannya berkenaan hakikat dakwah yang dilakukannya di tengah-tengah masyarakat yang mengalami sedikit permasalahan. Ringkasnya begini, kini beliau mula mendekat dengan aktiviti dakwah, sekali gus beliau pula kini menjadi sebahagian dari aktivis dakwah tersebut. Tapi, tatkala dia bersemangat dalam dakwahnya, menyerukan hal-hal yang ma’ruf, dan menegah yang mungkar, masyarakat bukan terus menerimanya, malah menjauh dan memandang seakan prejudis kepadanya. Lalu, beliau meminta saran kepada saya, tentang apa yang dihadapinya. Tulisan kali ini, adalah hasil dari pertemuan tersebut. Walaupun, kami berbincang sangat lama dan menyentuh banyak hal, saya cuba meringkaskannya di dalam tulisan kali ini, agar boleh dikongsi bersama. Semoga Allah SWT memudahkan dakwah anta (wahai sahabatku), dan para da’i yang ikhlas di seluruh dunia dalam mengemban risalah dakwah ini. Ameen...
Sesungguhnya Allah SWT telah menganugerahkan kenikmatan kepada makhluk-makhlukNya berupa penciptaan dan posisi mereka di muka bumi ini setelah sebelumnya tidak ada. Atas kebesaran dan kurniaNya, Allah pula mengistimewakan satu kelompok ke atas seluruh umat manusia dengan nikmat Islam. Atas kasih sayangNya pula, Allah telah mengkhususkan sekelompok umat Islam atas umat Islam yang lain dengan nikmat mengemban dakwah. Mereka itu adalah para Nabi, para Rasul, serta orang-orang yang mengikuti jejak langkah mereka dan melakukan amalan-amalan mereka. Atas dasar itu juga, kita patut bersyukur kepada Allah yang telah memberikan nikmat dakwah yang kita emban ini. Perlu diingat, bahawa aktiviti dakwah adalah aktiviti yang dilakukan para Nabi dan Rasul.
Apa yang dialami oleh para Nabi dan Rasul, juga secara pasti akan dialami oleh para pengemban dakwah yang ikhlas, siapa pun dan di mana pun ia berada. Risiko yang dialami oleh para Nabi dan Rasul, juga akan dialami oleh para pengemban dakwah. Hambatan dan tantangannya tak jauh beda dengan hambatan dan tantangan yang dialami oleh para Nabi dan Rasul seperti yang dikhabarkan kepada kita di dalam kitab suci seperti kisah tauladan Nuh A.s., Ibrahim A.s., Musa A.s., Isa A.s., dan Muhammad Saw. Mereka adalah manusia-manusia pilihan yang telah Allah muliakan di muka bumi ini. Namun, tak kurang-kurangnya Allah berikan ujian dan cubaan kepada mereka. Para Nabi dan Rasul yang Allah kasihi ini dijauhi, dimusuhi, diboikot dan bahkan dikucilkan (dipulau) oleh keluarga mereka sendiri.
Sangat wajar, jika kemudian kita yang mewarisi dakwah mereka ini mengalami hal yang sama. Berikut ini sejumlah pelajaran dan hikmah yang bisa diambil oleh setiap pengemban dakwah dari perjalanan dakwah para Nabi dan Rasul:
Pertama, di antara yang paling penting diperlukan oleh para pengemban dakwah adalah keteguhan dalam dakwah. Allah Swt berfirman:
“Semua kisah rasul-rasul itu Kami ceritakan kepadamu, iaitu kisah-kisah yang dengannya Kami meneguhkan hatimu. Dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran, pengajaran, dan peringatan bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Hud [11]: 120)
Kedua, para pengemban dakwah seharusnya memiliki sikap sabar atas berbagai ujian dan cubaan yang menimpanya. Sikap sabar yang terus menerus dilakukan akan mendatangkan pertolongan dari Allah. Tanpa sikap sabar ini, Allah tidak akan menolong dan memuliakan para pengemban dakwah. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya telah didustakan pula rasul-rasul sebelum kamu, tetapi mereka sabar atas pendustaan dan penganiayaan yang dilakukan terhadap mereka sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Tidak ada seorang pun wang dapat mengubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu”. (QS. Al-Anam [6]: 34)
Ketiga, pengemban dakwah wajib untuk ikhlas semata-mata hanya karena Allah dalam setiap amalnya. Tidak mencari imbalan berupa harta, kedudukan, status sosial mahupun tujuan-tujuan duniawi lainnya ketika melaksanakan tugas dakwahnya. Sebagaimana Nabi saw telah diperintahkan oleh Allah dalam firmanNya:
“Mereka (Nabi-nabi) itulah, orang-orang Yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka Turutlah olehmu (Wahai Muhammad) akan petunjuk mereka; katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepada kamu mengenai petunjuk (Al-Quran Yang Aku sampaikan) itu. Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan bagi penduduk alam seluruhnya”. (QS Al-Anam[6]: 90)
Keempat, setiap pengemban dakwah wajib meyakini janji Allah berupa pertolongan, meyakini akan berpindahnya kepemimpinan di muka bumi kepada mereka, serta meyakini bahawa mereka akan mampu mengalahkan orang-orang kafir, para penguasa zalim dan pengemban idea sekular. Allah Swt berfirman:
“Siapa saja yang menjadikan Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang menang”. (QS. Al-Maidah[5]: 56)
“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh di antara kalian bahawa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi”. (QS. An Nur [24]: 55)
Kelima, sesungguhnya setiap pengemban dakwah wajib untuk beriman tentang janji Allah terhadap balasan pahala atas aktiviti dakwahnya yang lebih baik dari apa pun yang ada di dunia ini. Allah Swt berfirman:
“Serulah mereka kepada Islam dan beritahukan kewajiban mereka, demi Allah seandainya Allah memberi hidayah lewat perantaraanmu pada seseorang itu lebih baik dari haiwan tenak yang merah-merah”. (HR. Bukhari)
Adapun cara-cara untuk mengambil hati dan mengajak masyarakat pada Islam, kita dapat mengambil tauladan dari Rasul Muhammad Saw. Sebagaimana yang ditulis oleh Dr. Muhammad Rawas Qalah Ji dalam kitabnya Dirasah Tahliliyyah li Syakhsyiyyah ar-Rasul Muhammad: 1) Tidak membezakan (mengistimewakan) diri dari mereka. 2) Tidak melukai perasaan mereka. 3) Meraih hati mereka dengan bergaul dan berbuat baik kepada mereka. 4) Memiliki perkataan yang manis dan diselingi canda (humor).
Wallahu’alam...
Isnin, 26 Januari 2009
Berdakwah, Tapi Dikucilkan?
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
0 comments:
Catat Ulasan