Mengunjungi perpustakaan bukanlah sebuah agenda besar bagi sebahagian besar orang. Gambaran perpustakaan yang kaku, hening, berdebu dan berbau kertas-kertas lama alias kekuningan menjadi opini umum masyarakat kita. Ini menyebabkan, perpustakaan hanya dipandang sebelah mata dan sebelah hati oleh masyarakat. Manakala kita dapat melihat bahawasanya pengunjung perpustakaan biasanya hanya di kalangan pelajar, siswa, mahasiswa dan penganalisis yang ingin membuat rujukan. Maka, buku hanya sinonim pada kalangan yang saya sebutkan tadi, dan tidak antonim dengan watak lainnya.
Paradigma seperti inilah yang perlu diubah. Penulisan kali ini, bukanlah berniat untuk mengungkap soal kontra dan negatifnya masyarakat kita, atau ingin mengadu tentang mahalnya harga buku di pasaran sehingga membuatkan orang hilang minat membeli dan membacanya. Apa yang pasti, saya cuma ingin mengungkap fakta umum yang ada sehari-hari kita. Point of view penulisan saya kali ini adalah ingin menyoroti tentang kinerja perpustakaan itu sendiri, dan bukan ingin mengarah pada petugas perpustakaan yang sudah mengikuti seminar-seminar dan sesi latihan di berbagai-bagai pusat latihan, tetapi masih sulit untuk mengaplikasikan ilmu yang diperolehinya selama ini.
Saya ingin mengajak para pembaca sekalian untuk memandang perpustakaan sebagai tempat yang menyenangkan, colourful, selesa (comfrotable) dan tidak mempunyai kerenah birokrasi yang menyulitkan. Setelah itu, masyarakat sekalian akan berasa perlu untuk menjadi sebahagian daripada pengunjung perpustakaan untuk membaca buku, mendapatkan informasi serta ikut serta dengan aktiviti yang diadakan oleh pihak perpustakaan.
Makan Angin? Why Not Perpustakaan?
Pernah tak anda terbayang, suatu saat di hujung minggu anda merasa bosan duduk di rumah. Merasa perlu ke luar rumah untuk jalan-jalan sekali gus makan angin, agar tidak berserabut kepala dengan pelbagai masalah yang ada. Intinya, selepas keluar jalan-jalan, kita akan berasa lebih segara, rileks dan berharap agar dapat menghadapi hari-hari berikutnya dengan lebih semangat, sehingga muncul spirit I Like Monday anda Day After Day (maaf, ni bukan iklan!)
Apakah tempat-tempat yang terfikir dalam benak anda ketika hendak keluar jalan-jalan? Tentu saja keluar ke KLCC, Sunway Lagoon, Menonton Wayang di Times Square dan sebagainya. Bagi mereka yang berkemampuan dan banyak duit, tentu mereka akan memilih tempat-tempat yang lebih grand dan keluar dari ibu kota. Tapi menurut saya, jalan-jalan alias makan angin tidak perlu biaya yang besar dan memenatkan. Buktinya apabila anda memilih perpustakaan sebagai destinasi untuk keluar jalan-jalan. Percayalah, perpustakaan mampu memberikan sesuatu yang tidak dapat diberikan oleh tempat-tempat lainnya. Tidak perlu berat memberi gambaran tentang perpustakaan, cukup dengan mendatangkan satu opini yang positif dahulu tentangnya. Barulah setelah itu, datangkan spirit dan semangat pergi ke sana.
Punahkan gambaran buku-buku yang berat dan suasana yang hening ketika berada di perpustakaan, cubalah memberi imaginasi dan gambaran yang membentuk psikologi membangun dahulu seperti di dalam perpustakaan itu tidak semestinya ada buku-buku berat alias kekuningan, tapi punya juga buku-buku cerita tentang perihal kehidupan dan alur-alur cerita yang agak fantasi alias menghiburkan. Anda pernah pergi ke Cameron Highland? Adakah cukup dengan hanya pergi ke sana, tanpa mengetahui tentang sisi kultur dan informasi yang tidak akan anda dapat dengan hanya praktik memandang. Justeru itu, cubalah cari buku-buku yang membincangkan perihal Cameron Highland tersebut. Mulai dari tumbuh-tumbuhan yang ada, sehinggalah fakta-fakta menarik tentang tempat-tempat yang ada di sana. Tentu anda akan mendapat pencerahan setelah membaca fakta-fakta yang ada di dalam buku. Bukan itu sahaja, anda boleh praktikkan kepada semua perkara yang ada di sekeliling anda. Tentu ada semuanya di perpustakaan, insyaAllah.
Indahnya Perpustakaan
Pembaca yang budiman, saya pernah terfikir untuk mempunyai perpustakaan sendiri. Paling tidak pun ia hanya sekadar perpustakaan mini yang lebih kecil saiz ruangannya. Benar, ia bukanlah sekadar angan-angan, tapi ia adalah cita-cita untuk meng-adakannya, mmm... maybe lepas nikah kot, hehe (just kidding). Tapi, cita-cita tidak hanya sekadar mitos dan khayalan yang menyegarkan, tetapi haruslah dimulai dari sekarang. Langkah awal saya ialah dengan mengoleksi buku-buku yang bermutu dan tentunya bukan sekadar mengumpul ikhwan sekalian, tetapi wajib membaca dan memahaminya (khawatir disumpah buku kelak, hehe). Setelah itu, membuat senarai daftar buku yang kita miliki berserta sinopsisnya sekali, agar mudah untuk dibuat rujukan oleh sesiapa sahaja. Dan setelah itu, susun buku-buku mengikut genre dan kriterianya tersendiri seperti kategori fiqih, novel, sirah, cerpen, pemikiran dan sebagainya. Saya lebih memilih dengan meletakkan sticker kecil berwarna berbeza pada setiap genre tersebut.
Setelah semua persiapan telah dibuat, dan impian kita hampir ke pelabuhan angkasa, maka akan mudahlah urusan kita. Usahakanlah agar membuat satu kelainan berbanding dengan perpustakaan yang ada. Cat-lah dinding perpustakaan anda dengan warna-warna yang ceria dan penuh simulasi kehidupan. Tidak keterlaluan jika anda melekatkan gambar-gambar tentang timeline sejarah peradaban, atau anda melekatkan gambar-gambar yang sedikit menyentak jiwa seperti warna-warna anak-anak mungil yang sedang tertawa dibarengi oleh suatu komuniti masyarakat yang ceria dengan peradaban yang maju. Tidak terlalu egois, jika saya menyarankan agar anda menghindarkan agar mengelakkan daripada meletakkan gambar-gambar yang berlatar mistik dan surealisme yang akan membuat pengunjung peringkat bawah umur akan ketakutan, dan tidak akan berkunjung lagi ke perpustakaan kita. Akhir sekali, penulis berharap agar apa yang saya kongsi-kan ini dapat memberi sedikit manfaat walau tidak banyak, demi untuk memberi nafas baru dalam diri dan kehidupan kita ketika mencari-cari satu perubahan.
Wallahu’alam...
Paradigma seperti inilah yang perlu diubah. Penulisan kali ini, bukanlah berniat untuk mengungkap soal kontra dan negatifnya masyarakat kita, atau ingin mengadu tentang mahalnya harga buku di pasaran sehingga membuatkan orang hilang minat membeli dan membacanya. Apa yang pasti, saya cuma ingin mengungkap fakta umum yang ada sehari-hari kita. Point of view penulisan saya kali ini adalah ingin menyoroti tentang kinerja perpustakaan itu sendiri, dan bukan ingin mengarah pada petugas perpustakaan yang sudah mengikuti seminar-seminar dan sesi latihan di berbagai-bagai pusat latihan, tetapi masih sulit untuk mengaplikasikan ilmu yang diperolehinya selama ini.
Saya ingin mengajak para pembaca sekalian untuk memandang perpustakaan sebagai tempat yang menyenangkan, colourful, selesa (comfrotable) dan tidak mempunyai kerenah birokrasi yang menyulitkan. Setelah itu, masyarakat sekalian akan berasa perlu untuk menjadi sebahagian daripada pengunjung perpustakaan untuk membaca buku, mendapatkan informasi serta ikut serta dengan aktiviti yang diadakan oleh pihak perpustakaan.
Makan Angin? Why Not Perpustakaan?
Pernah tak anda terbayang, suatu saat di hujung minggu anda merasa bosan duduk di rumah. Merasa perlu ke luar rumah untuk jalan-jalan sekali gus makan angin, agar tidak berserabut kepala dengan pelbagai masalah yang ada. Intinya, selepas keluar jalan-jalan, kita akan berasa lebih segara, rileks dan berharap agar dapat menghadapi hari-hari berikutnya dengan lebih semangat, sehingga muncul spirit I Like Monday anda Day After Day (maaf, ni bukan iklan!)
Apakah tempat-tempat yang terfikir dalam benak anda ketika hendak keluar jalan-jalan? Tentu saja keluar ke KLCC, Sunway Lagoon, Menonton Wayang di Times Square dan sebagainya. Bagi mereka yang berkemampuan dan banyak duit, tentu mereka akan memilih tempat-tempat yang lebih grand dan keluar dari ibu kota. Tapi menurut saya, jalan-jalan alias makan angin tidak perlu biaya yang besar dan memenatkan. Buktinya apabila anda memilih perpustakaan sebagai destinasi untuk keluar jalan-jalan. Percayalah, perpustakaan mampu memberikan sesuatu yang tidak dapat diberikan oleh tempat-tempat lainnya. Tidak perlu berat memberi gambaran tentang perpustakaan, cukup dengan mendatangkan satu opini yang positif dahulu tentangnya. Barulah setelah itu, datangkan spirit dan semangat pergi ke sana.
Punahkan gambaran buku-buku yang berat dan suasana yang hening ketika berada di perpustakaan, cubalah memberi imaginasi dan gambaran yang membentuk psikologi membangun dahulu seperti di dalam perpustakaan itu tidak semestinya ada buku-buku berat alias kekuningan, tapi punya juga buku-buku cerita tentang perihal kehidupan dan alur-alur cerita yang agak fantasi alias menghiburkan. Anda pernah pergi ke Cameron Highland? Adakah cukup dengan hanya pergi ke sana, tanpa mengetahui tentang sisi kultur dan informasi yang tidak akan anda dapat dengan hanya praktik memandang. Justeru itu, cubalah cari buku-buku yang membincangkan perihal Cameron Highland tersebut. Mulai dari tumbuh-tumbuhan yang ada, sehinggalah fakta-fakta menarik tentang tempat-tempat yang ada di sana. Tentu anda akan mendapat pencerahan setelah membaca fakta-fakta yang ada di dalam buku. Bukan itu sahaja, anda boleh praktikkan kepada semua perkara yang ada di sekeliling anda. Tentu ada semuanya di perpustakaan, insyaAllah.
Indahnya Perpustakaan
Pembaca yang budiman, saya pernah terfikir untuk mempunyai perpustakaan sendiri. Paling tidak pun ia hanya sekadar perpustakaan mini yang lebih kecil saiz ruangannya. Benar, ia bukanlah sekadar angan-angan, tapi ia adalah cita-cita untuk meng-adakannya, mmm... maybe lepas nikah kot, hehe (just kidding). Tapi, cita-cita tidak hanya sekadar mitos dan khayalan yang menyegarkan, tetapi haruslah dimulai dari sekarang. Langkah awal saya ialah dengan mengoleksi buku-buku yang bermutu dan tentunya bukan sekadar mengumpul ikhwan sekalian, tetapi wajib membaca dan memahaminya (khawatir disumpah buku kelak, hehe). Setelah itu, membuat senarai daftar buku yang kita miliki berserta sinopsisnya sekali, agar mudah untuk dibuat rujukan oleh sesiapa sahaja. Dan setelah itu, susun buku-buku mengikut genre dan kriterianya tersendiri seperti kategori fiqih, novel, sirah, cerpen, pemikiran dan sebagainya. Saya lebih memilih dengan meletakkan sticker kecil berwarna berbeza pada setiap genre tersebut.
Setelah semua persiapan telah dibuat, dan impian kita hampir ke pelabuhan angkasa, maka akan mudahlah urusan kita. Usahakanlah agar membuat satu kelainan berbanding dengan perpustakaan yang ada. Cat-lah dinding perpustakaan anda dengan warna-warna yang ceria dan penuh simulasi kehidupan. Tidak keterlaluan jika anda melekatkan gambar-gambar tentang timeline sejarah peradaban, atau anda melekatkan gambar-gambar yang sedikit menyentak jiwa seperti warna-warna anak-anak mungil yang sedang tertawa dibarengi oleh suatu komuniti masyarakat yang ceria dengan peradaban yang maju. Tidak terlalu egois, jika saya menyarankan agar anda menghindarkan agar mengelakkan daripada meletakkan gambar-gambar yang berlatar mistik dan surealisme yang akan membuat pengunjung peringkat bawah umur akan ketakutan, dan tidak akan berkunjung lagi ke perpustakaan kita. Akhir sekali, penulis berharap agar apa yang saya kongsi-kan ini dapat memberi sedikit manfaat walau tidak banyak, demi untuk memberi nafas baru dalam diri dan kehidupan kita ketika mencari-cari satu perubahan.
Wallahu’alam...
2 comments:
Salam..
bagus sekali tulisan thinker..
teruskan menulis.
tq master :D
Catat Ulasan