Mentergesai kenikmatan tanpa ikatan
Membuat detik-detik di depan terasa hambar
Belajar dari ahli puasa
Ada dua kebahagiaan baginya
Saat berbuka dan…
Saat Allah menyapa lembut memberikan pahala
Inilah puasa panjang syahwatku
Kekuatan ada pada menahan
Dan rasa nikmat itu terasa, di waktu buka yang penuh dengan kejutan
Coba saja
Kalau Allah yang menghalalkan
Setitis cicipan surga
Kan menjadi shodaqoh berpahala
====================((()))======================
Membaca judulnya saja, sudah membuat saya “jatuh cinta”. Jatuh cinta pada kaligrafi kata. Tertulis dengan penuh makna. Ia berjudul “Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan”. Terdetik di hati saya untuk membeli sekali gus membacanya sewaktu 2 tahun lalu. Jujur saja, jika Ayat-ayat Cinta adalah novel pertama yang pernah saya baca satu ketika dulu, maka NPSP (ringkasnya : Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan) adalah buku yang bercorak laden menasihati umat manusia pertama yang saya beli satu ketika dulu. Buku yang mirip-mirip judulnya seperti Kupinang Engkau Dengan Hamdalah (Mohammad Fauzil Adhim). Ya tentu saja subjek utama adalah para penggiat cinta di luar sana. Mereka sering bertindak atas cinta, padahal mereka justeru menodai cinta. “Tragedi couple” sering membayangi kita ketika melihat tingkah remaja masa kini. Oh, kalaulah bukan kerana cinta dan rahmat ilahi, tentu penulis juga telah terjerat dengan topeng cinta. Nau’dzubillah Min Dzalik. Ya Tuhan, hambamu bersyukur di atas nikmat yang Engkau kurniakan.
Isi yang padat dengan ilmu dan sarat dengan cerita yang penuh hikmah adalah komen utama dari saya sebagai peminatnya. Ya, peminat bukunya lho, bukan orangnya. Secara peribadi, saya kagum dengan penulisnya iaitu Salim A.Fillah, yang ketika menulis buku ini beliau belum menikah dan sekarang sudah menggenapkan separuh deen-nya, Alhamdulillah. Buku ini membahas seputar masalah pacaran dan pernikahan di dalam islam, serta mengungkap fakta-fakta yang diumbar oleh manusia yang menggelar sang pencinta, tapi malah justeru kabur akan makna hakikinya. Rasulullah saw bersabda:
““Jika seorang hamba menikah, maka telah menjadi sempurnalah setengah agamanya. Maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allah pada sebahagian lainnya” (HR Al Hakim dan Ath-thabrani dari Anas bin Malik)
Inti di dalam buku ini adalah bersandarkan kepada hadis nabi di atas, iaitu pernikahan adalah jalan sebenar untuk berpacaran. Ya, buku ini tentunya bukan hanya membahas tentang pacaran dan liku-liku zina itu sendiri lho. Tapi lebih dalam, Buku ini juga membahas tentang pernikahan itu sendiri, bagaimana menciptakan pernikahan yang barokah yang tetap terjaga keromantisannya hingga ajal memisahkan dan tentu saja sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Kecemburuan adalah sesuatu hal yang sah-sah saja dan suami juga diharuskan berhias untuk istrinya sebagaimana seorang suami selalu menginginkan istrinya dalam keadaan yang cantik, hal-hal tersebut telah ada dalam Islam. So, jika kita ingin pernikahan kita last forever until death separates us, just follow our messenger Rasulullah Muhammad SAW. Insya Allah, ketika kita menikah di bawah naungan Islam, Allah akan mengkaruniakan ketenteraman itu ke tengah-tengah rumah tangga kita. Ameen.
Akhirul Kalam... “Sesungguhnya, di dunia ini terdapat tanda-tanda bagi orang yang berpikir”.
Wassalam...
Membuat detik-detik di depan terasa hambar
Belajar dari ahli puasa
Ada dua kebahagiaan baginya
Saat berbuka dan…
Saat Allah menyapa lembut memberikan pahala
Inilah puasa panjang syahwatku
Kekuatan ada pada menahan
Dan rasa nikmat itu terasa, di waktu buka yang penuh dengan kejutan
Coba saja
Kalau Allah yang menghalalkan
Setitis cicipan surga
Kan menjadi shodaqoh berpahala
====================((()))======================
Membaca judulnya saja, sudah membuat saya “jatuh cinta”. Jatuh cinta pada kaligrafi kata. Tertulis dengan penuh makna. Ia berjudul “Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan”. Terdetik di hati saya untuk membeli sekali gus membacanya sewaktu 2 tahun lalu. Jujur saja, jika Ayat-ayat Cinta adalah novel pertama yang pernah saya baca satu ketika dulu, maka NPSP (ringkasnya : Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan) adalah buku yang bercorak laden menasihati umat manusia pertama yang saya beli satu ketika dulu. Buku yang mirip-mirip judulnya seperti Kupinang Engkau Dengan Hamdalah (Mohammad Fauzil Adhim). Ya tentu saja subjek utama adalah para penggiat cinta di luar sana. Mereka sering bertindak atas cinta, padahal mereka justeru menodai cinta. “Tragedi couple” sering membayangi kita ketika melihat tingkah remaja masa kini. Oh, kalaulah bukan kerana cinta dan rahmat ilahi, tentu penulis juga telah terjerat dengan topeng cinta. Nau’dzubillah Min Dzalik. Ya Tuhan, hambamu bersyukur di atas nikmat yang Engkau kurniakan.
Isi yang padat dengan ilmu dan sarat dengan cerita yang penuh hikmah adalah komen utama dari saya sebagai peminatnya. Ya, peminat bukunya lho, bukan orangnya. Secara peribadi, saya kagum dengan penulisnya iaitu Salim A.Fillah, yang ketika menulis buku ini beliau belum menikah dan sekarang sudah menggenapkan separuh deen-nya, Alhamdulillah. Buku ini membahas seputar masalah pacaran dan pernikahan di dalam islam, serta mengungkap fakta-fakta yang diumbar oleh manusia yang menggelar sang pencinta, tapi malah justeru kabur akan makna hakikinya. Rasulullah saw bersabda:
““Jika seorang hamba menikah, maka telah menjadi sempurnalah setengah agamanya. Maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allah pada sebahagian lainnya” (HR Al Hakim dan Ath-thabrani dari Anas bin Malik)
Inti di dalam buku ini adalah bersandarkan kepada hadis nabi di atas, iaitu pernikahan adalah jalan sebenar untuk berpacaran. Ya, buku ini tentunya bukan hanya membahas tentang pacaran dan liku-liku zina itu sendiri lho. Tapi lebih dalam, Buku ini juga membahas tentang pernikahan itu sendiri, bagaimana menciptakan pernikahan yang barokah yang tetap terjaga keromantisannya hingga ajal memisahkan dan tentu saja sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Kecemburuan adalah sesuatu hal yang sah-sah saja dan suami juga diharuskan berhias untuk istrinya sebagaimana seorang suami selalu menginginkan istrinya dalam keadaan yang cantik, hal-hal tersebut telah ada dalam Islam. So, jika kita ingin pernikahan kita last forever until death separates us, just follow our messenger Rasulullah Muhammad SAW. Insya Allah, ketika kita menikah di bawah naungan Islam, Allah akan mengkaruniakan ketenteraman itu ke tengah-tengah rumah tangga kita. Ameen.
Akhirul Kalam... “Sesungguhnya, di dunia ini terdapat tanda-tanda bagi orang yang berpikir”.
Wassalam...
2 comments:
makin menarikni..postingannya..salam komunitas bawean..jayalah bangsaku demi agam nusa dan bangsa..fasalamullaka min ashabul yamin..taqobbal alaina ya alloh.
syukron... salam alaikum...
Catat Ulasan