"Aku mencintaimu bukan karena kamu tidak mempunyai kekurangan. Untuk men-dapatkanmu, aku rela mengorbankan kehidupan dan cita-citaku, karena aku tahu hanya bila bersamamulah akan lahir kehidupan baru dan cita-cita baru yang lebih mulia dan menentramkan jiwa..." kata Syamsul kepada Fatmah.
Novel religius ini menghadirkan orang-orang yang memilih hidup dengan hanya berpegang teguh pada kebersihan hati dan cinta sejati yang tak terbatas dan membutakan. Rupanya, di atas prinsip itu, mereka menemukan kekuatan luar biasa yang mampu menenteramkan jiwa mereka. Inilah yang disebut Mukjizat Cinta, bagaimana dengan anda? Sudahkah anda hidup dengan prinsip tersebut?
==========================((())))=============================
Mukjizat Cinta, mungkin judulnya terlalu sakral bagi saya sehingga perlu ada penafsiran akan maknanya. Jika novel seperti Ayat-ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih menjadikan Mesir sebagai landskap novel. Tetapi, novel ini menggunakan landskap yang berbeza iaitu Kalimantan-Malaysia-Mesir. Tidak kalah seperti novel lainnya, novel ini juga berjaya memberikan gambaran setting dan lahan tempat yang diceritakan. Tempat-tempat serta peristiwa yang diceritakan seperti terpampang di depan mata, tanpa mengurangi fakta adanya.
Oleh sebab novel-novel saya banyak yang dipinjam oleh teman-teman termasuk saudara saya sendiri (diorang ni baca buku atau buat buku, lama sangat khatamnya, hehe). Jadi resensi tulisan ini hanya sekadarnya saja, tanpa menokok tambah dan membawa maksud lain dari apa yang cuba disampaikan oleh penulisnya iaitu Muhammad Masykur A.R. Said, kerana untuk membuat sinopsis yang ringan dan mantap untuk tatapan pembaca harus merujuk kepada buku asalnya sendiri. Novel ini merilis kisah tentang perjalanan seorang musafir yang menyahut panggilan sahabatnya yang berada di Kalimantan. Sahabat baiknya tika di belajar di Mesir. Perjalanannya ke Kalimantan, dan setelah itu dia terpaksa dan harus ke Malaysia, demi untuk menjalankan amanah sahabatnya yang berada dalam tenat, akibat tragedi yang menimpa. Tragedi hati dan jiwa yang lara. Setelah terpaut dengan cinta dan janji, namun akhirnya harus tunduk dengan ketentuan keluarga dan takdir ilahi. Pasrah adalah jawapannya, sabar adalah bingkainya. Manakala kehidupan harus diteruskan, walau tidak sesempurna yang diharapkan.
Sekali lagi, cinta menjadi bahan aneka yang dirungkai dalam bentuk yang misteri dan membingkai maksud mukjizat cinta. Siapa sangka, orang yang kita cintai nantinya akan menikah dengan sahabat baik kita, dan isteri yang pada awalnya tidak didasari cinta pernikahan itu, malah justeru cinta tumbuh dan membenih lalu mengakar di lautan hati manusia. Pernah baca novel “Pudarnya Pesona Cleopatra”? jika belum, saya sarankan bagi yang mempunyai hasrat menikah dengan susuk jelita dan tampan agar membacanya, dan saya akan cuba menulis resensinya kelak. Tapi, bagi yang usai membacanya, maka alur ceritanya seakan-akan mirip dalam kehidupan yang menimpa Syamsul kepada Isterinya. Cuma masih berbeza dari sudut olahannya.
Akhirnya, cinta yang berstatus dendam lalu bersemi di pelupuk air mata, dan membanjiri kota dengan kasih sayang. Khidupan penuh dengan citra cinta dan kasih sayang, bersatu dalam erti Mukjizat Cinta.
Wallahu’alam...
Novel religius ini menghadirkan orang-orang yang memilih hidup dengan hanya berpegang teguh pada kebersihan hati dan cinta sejati yang tak terbatas dan membutakan. Rupanya, di atas prinsip itu, mereka menemukan kekuatan luar biasa yang mampu menenteramkan jiwa mereka. Inilah yang disebut Mukjizat Cinta, bagaimana dengan anda? Sudahkah anda hidup dengan prinsip tersebut?
==========================((())))=============================
Mukjizat Cinta, mungkin judulnya terlalu sakral bagi saya sehingga perlu ada penafsiran akan maknanya. Jika novel seperti Ayat-ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih menjadikan Mesir sebagai landskap novel. Tetapi, novel ini menggunakan landskap yang berbeza iaitu Kalimantan-Malaysia-Mesir. Tidak kalah seperti novel lainnya, novel ini juga berjaya memberikan gambaran setting dan lahan tempat yang diceritakan. Tempat-tempat serta peristiwa yang diceritakan seperti terpampang di depan mata, tanpa mengurangi fakta adanya.
Oleh sebab novel-novel saya banyak yang dipinjam oleh teman-teman termasuk saudara saya sendiri (diorang ni baca buku atau buat buku, lama sangat khatamnya, hehe). Jadi resensi tulisan ini hanya sekadarnya saja, tanpa menokok tambah dan membawa maksud lain dari apa yang cuba disampaikan oleh penulisnya iaitu Muhammad Masykur A.R. Said, kerana untuk membuat sinopsis yang ringan dan mantap untuk tatapan pembaca harus merujuk kepada buku asalnya sendiri. Novel ini merilis kisah tentang perjalanan seorang musafir yang menyahut panggilan sahabatnya yang berada di Kalimantan. Sahabat baiknya tika di belajar di Mesir. Perjalanannya ke Kalimantan, dan setelah itu dia terpaksa dan harus ke Malaysia, demi untuk menjalankan amanah sahabatnya yang berada dalam tenat, akibat tragedi yang menimpa. Tragedi hati dan jiwa yang lara. Setelah terpaut dengan cinta dan janji, namun akhirnya harus tunduk dengan ketentuan keluarga dan takdir ilahi. Pasrah adalah jawapannya, sabar adalah bingkainya. Manakala kehidupan harus diteruskan, walau tidak sesempurna yang diharapkan.
Sekali lagi, cinta menjadi bahan aneka yang dirungkai dalam bentuk yang misteri dan membingkai maksud mukjizat cinta. Siapa sangka, orang yang kita cintai nantinya akan menikah dengan sahabat baik kita, dan isteri yang pada awalnya tidak didasari cinta pernikahan itu, malah justeru cinta tumbuh dan membenih lalu mengakar di lautan hati manusia. Pernah baca novel “Pudarnya Pesona Cleopatra”? jika belum, saya sarankan bagi yang mempunyai hasrat menikah dengan susuk jelita dan tampan agar membacanya, dan saya akan cuba menulis resensinya kelak. Tapi, bagi yang usai membacanya, maka alur ceritanya seakan-akan mirip dalam kehidupan yang menimpa Syamsul kepada Isterinya. Cuma masih berbeza dari sudut olahannya.
Akhirnya, cinta yang berstatus dendam lalu bersemi di pelupuk air mata, dan membanjiri kota dengan kasih sayang. Khidupan penuh dengan citra cinta dan kasih sayang, bersatu dalam erti Mukjizat Cinta.
Wallahu’alam...
2 comments:
kagum dengan olahan bahasa dan susunan ayat penulis blog ini..
memangnya, enta ini baca novel hari-hari?
ana sudah lama tertinggal jauh di belakang
lantaran kesibukan, cerpen yg seringkas PPC mengambil masa lebih sebulan untuk dikhatamkan..
mundar-mandir di rak2 novel islami di PI pun, cuma memikirkan berapa banyak masa yg akan ana luangkan untuk menealah, menghadam mesej dan akhirnya memuhasabah diri lewat penelitian terhadap watak2 utama setiap novel..
akhirnya, dengan berat hati, terpaksa keluar tanpa sebarang buku di tangan..
(ana risau, banyak pekerjaan lain terpaksa ditangguhkan kerana minat yg satu ini..
intinya, dakwah juga boleh disampaikan lewat sastera..
cuma plot kisah, latar belakang dan pembawaan wataknya perlu lebih pelbagai..
enta pun mungkin boleh mulai menulis sesuatu (cerpen,novel etc...) yang di dalamnya terkandung mesej dakwah ilal Islam..
bukan semua orang dianugerahkan bakat untuk menulis..
Fr: Insyirah
Ameen, smg doa akak di-aminkan oleh para malaikat serta jagat raya ini. bakat menulis mmg tidak ada pd semua orang, namun utk menjadi penulis, tidak hanya bakat semata-mata. Tapi, keinginan serta semangat yg kuat utk menjalaninya...
Smg apa yg sy sampaikan dan kongsikan bermanfaat, walau cukup sederhana, namun penuh makna...
Wassalam...
Catat Ulasan