Hari ini 5 Mac 2009. Hampir 3 minggu saya tidak menukil di dalam blog ini. Saya jadi tergerak untuk menulis sedikit tentang tarikh yang menjadi titik tolak pada pejuang syariah islam di seluruh dunia ini, khususnya yang mengemban idea Khilafah, dengan moto yang jelas, “Tiada Kemuliaan Tanpa Islam, Tidak Sempurna Islam Tanpa Syariat, Tidak Tertegak Syariat Tanpa Adanya Khilafah”. Sesungguhnya, pada 85 tahun dahulu, seorang manusia yang ‘tersohor’ telah melakukan titik perubahan. Titik perubahan yang dimaksudkan ini adalah dengan menumbangkan sebuah Daulah Islam menjadi Daulah Kufur.
Tepat 3 Mac 2009 beberapa hari yang lalu, kita telah memperingati 85 tahun momentum yang paling menyakitkan bagi umat Islam di seluruh dunia, iaitu runtuhnya Khilafah. Tanggal 28 Rajab 1342 H, bertepatan dengan 3 Mac 1924, Kemal Attaturk (seorang agen British), secara resmi membubarkan Kekhilafahan Turki Utsmani. Malam harinya, Khalifah Islam terakhir, Sultan Abdul Majid, diusir!
Empat bulan kemudian, 24 Julai 1924, Perjanjian Laussane ditandatangani. Di antara isinya, British mengakui kemerdekaan Turki sekali gus menarik pasukannya dari Turki. Merespon sikap British ini, seorang perwira British saat itu memprotes Menteri Luar Negeri British, Curzon. Dengan sinis Curzon menjawab, “Yang penting, Turki telah kita hancurkan dan tidak akan pernah bangkit lagi, karena kita telah menghancurkan kekuatan spiritualnya, iaitu Khilafah dan Islam!” (Zallum, 2001: 184).
Curzon benar. Setelah hampir 85 tahun menjadi republik, menerapkan hukum-hukum Barat sekular, dan membuang hukum-hukum Islam, Turki memang tidak pernah bangkit; kemakmuran tidak pernah terwujud, dan cita-cita untuk menjadi negara moden seperti Eropahh tidak pernah terbukti. Turki bahkan nyaris bankrap. Pada tahun 1994, 1 US$ dihargai 10.000 Turkish Lira (wang Turki). Pada tahun 2004, 1 US$ setara 1.500.000 Turkish Lira. Turki telah lama mengalami mega inflasi (di atas 100% pertahun). Di Turki kos menaiki bas awam pernah mencapai sejuta! (Fahmi Amhar, 2004).
Bandingkan keadaan Turki saat masih dalam wadah Khilafah dan menerapkan syariah. Tentang Kekhilafahan Turki Utsmani, Paul Kennedy, seorang pemikir Barat, menulis, “Imperium Utsmani lebih dari sekadar mesin militer; ia telah menjadi penakluk elit yang telah mampu membentuk satu kesatuan iman, budaya dan bahasa pada sebuah area yang lebih luas dibandingkan dengan yang pernah dimiliki oleh Imperium Rom…” (Paul Kennedy-The Rise and Fall of The Great Powers: Economic Change an Military Conflict from 1500 to 2000).
Kehebatan dan keagungan Khilafah Islam bukan hanya pada masa Turki Utsmani, tetapi juga pada masa-masa Kekhilafahan sebelumnya, baik Abbasiyah, Umayah dan tentu saja ketika Khulafaur Rasyidin. Terkait dengan hal ini, Paul Kennedy, kembali menulis, ”Dalam beberapa abad sebelum tahun 1500, Dunia Islam telah jauh melampaui Eropah dalam bidang budaya dan teknologi. Kota-kotanya demikian luas, rakyatnya terpelajar, perairannya sangat bagus. Beberapa kota di antaranya memiliki universitas-universitas dan perpustakaan yang lengkap dan memiliki masjid-masjid yang indah. Dalam bidang matematik, geografi, perubatan dan aspek-aspek lain dari sains dan industri, kaum Muslim selalu berada di hadapan.” (Paul Kennedy-The Rise and Fall of The Great Powers: Economic Change an Military Conflict from 1500 to 2000),
Kepastian Kembalinya Khilafah
Meski sedemikian fakta sejarah membuktikan, dan pengakuan pun datang bukan hanya dari pakar Islam, tetapi juga pakar non-Muslim, tetap saja ada pihak yang meragukan kembalinya Khilafah. Bahkan ada yang menganggap kembalinya Khilafah itu mustahil, dan orang yang hendak menegakkannya kembali itu bagaikan tengah berfantasi.
Berkaitan dengan soal di atas, perlu kami tegaskan di sini, bahawa orang yang mengatakan bahawa Khilafah tidak akan bisa tegak itulah yang justeru tengah berfantasi. Dengan izin Allah, Khilafah akan tegak kembali. Keyakinan ini ditopang oleh empat perkara:
Pertama, jaminan dari Allah kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih untuk memberikan kekuasaan di muka bumi, sebagaimana yang pernah diberikan kepada para pendahulu mereka.
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُون
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal salih di antara kalian, bahawa Dia sesungguhnya akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia redhai untuk mereka; dan akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan, menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku tanpa mempersekutukan Aku dengan sesuatu. Siapa saja yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, mereka itulah orang-orang yang fasik. (TQS an-Nur [24]: 55).
Kedua, khabar gembira dari Rasulullah SAW. berupa akan kembalinya Khilafah Rasyidah ala Minhaji Nubuwwah (berdasarkan metode kenabian), setelah fasa penguasa diktator pada zaman kita ini. Nabi saw. Bersabda, sebagaimana yang dituturkan Hudzaifah al-Yaman:
« تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ ».
“Akan ada fasa kenabian di tengah-tengah kalian. Dengan kehendak Allah, ia akan tetap ada, kemudian Dia mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Kemudian akan ada fasa Khilafah berdasarkan metode kenabian. Dengan kehendak Allah, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Kemudian akan ada fasa penguasa yang zalim, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Lalu akan ada fasa penguasa diktator, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Setelah itu, akan datang kembali Khilafah ala Minhajin Nubuwah (berdasarkan metode kenabian).” Kemudian Baginda saw. diam. (HR Ahmad).
Ketiga, umat Islam yang hidup dan dinamik tentu akan menyambut perjuangan bagi tegaknya Khilafah dan siap mendukung perjuangan ini hingga Allah mewujudkan janji-Nya. Setelah itu, mereka akan bahu-membahu merapatkan barisan untuk menjaga Khilafah. Sesungguhnya umat ini diturunkan sebagai umat terbaik (khayroh ummah), yang akan selalu bergerak untuk mewujudkan predikat itu. Allah SWT berfirman:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ
Kalian adalah umat terbaik, yang dihadirkan untuk seluruh umat manusia. Kalian harus menyerukan kemakrufan dan mencegah kemungkaran serta tetap mengimani Allah. (TQS Al-Imran[3]: 110).
Keempat, adanya gerakan yang ikhlas, yang terus bekerja dengan sungguh-sungguh siang dan malam bagi tegaknya Khilafah semata karena hingga janji Allah dan khabar gembira dari Rasulullah saw. itu benar-benar terwujud. Partai itu, sikapnya tegas, dan tidak pernah takut terhadap cacian orang yang mencaci, tuntutannya tidak pernah melunak serta tekadnya tidak pernah melemah sehingga cita-citanya tercapai. Seolah-olah ini membenarkan sabda Nabi saw. sebagaimana dikeluarkan Muslim dan Tsauban:
« لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ ظاَهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ…»
Akan selalu ada satu kelompok dari umatku, yang selalu memperjuangkan kebenaran. Mereka tidak akan bisa dinistakan oleh siapa pun yang menistakan mereka, hingga urusan Allah ini menang, dan mereka pun tetap seperti itu.
Sesungguhnya berdasarkan satu faktor di atas saja cukup untuk menyatakan bahawa perjuangan demi tegaknya Khilafah bukanlah fantasi. Lalu bagaimana jika keempat fakta tersebut menyatu?
Tegaknya Khilafah adalah Cita-cita dan Perjuangan Umat Islam
Dalil-dalil yang membuktikan kewajiban untuk menegakkan kembali Khilafah sangat banyak, baik al-Quran, as-Sunnah mahupun Ijmak Sahabat. Itu sudah sering dan berulang dikemukakan dalam berbagai kesempatan. Oleh karena itu, tidak perlu saya kemukakannya kembali. Apalagi masalah ini merupakan perkara ma’lûm min ad-dîn bi ad-dharûrah (urusan agama yang sudah diyakini kepentingannya-urgen).
Oleh karena itulah, lihatlah sejarah dengan jujur, sejak Baginda Rasulullah saw. wafat, umat Islam berturut-turut mengangkat para khalifah; mulai dari Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar bin al-Khaththab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib); Khilafah Umayah, Khilafah Abbasiyah hingga Khilafah Utsmaniyah. Selama berabad-abad umat Islam tidak pernah putus di tengah jalan untuk terus mempertahankan Khilafah. Mereka tidak pernah menunda pengangkatan khalifah baru jika khalifah sebelumnya wafat. Konsistensi sikap umat Islam ini tidak lepas dari kesedaran mereka akan kewajipan dan urgennya Khilafah bagi umat Islam. Ia sekali gus membuktikan kebenaran sabda Rasulullah saw.:
«وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي وَسَيَكُونُ خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُونَ »
Sesungguhnya tidak ada nabi setelahku; yang akan ada adalah para khalifah dan mereka berjumlah banyak. (HR al-Bukhari, Muslim, Ibn Majah dan Ahmad).
Alhamdulillah, kini umat Islam mulai faham, bahawa Khilafah telah menjadi satu-satunya tuntutan mereka. Umat pun telah merindukannya. Ditambah lagi dengan fakta dan peristiwa yang terjadi akibat kejahatan negara-negara kafir penjajah—baik di Irak, Afganistan mahupun Palestina—seperti kezaliman, pembunuhan, perampokan kekayaan alam dan upaya memperhambakan rakyatnya untuk memuaskan nafsu penjajahan mereka. Semuanya itu ‘terekam’ dengan baik dalam benak umat, dan mereka sedar, bahawa umat ini membutuhkan kekuatan. Semua itu hanya bisa diwujudkan dengan Khilafah. Dengannya umat Islam di seluruh dunia ini akan bersatu padu sebagai satu umat.
Mereka juga sedar, bahawa umat Islam ini adalah satu; akidah mereka satu; agama mereka satu; al-Quran mereka satu; kiblat mereka satu; syariah mereka satu; dan kepemimpinan mereka pun—sebagaimana yang dituntut Allah dan Rasul-Nya—seharusnya satu. Itulah Khilafah Islam. Kesedaran itu kini bagaikan bola salju yang terus menggelinding (berguling). Oleh kerana itu, kembalinya Khilafah hanya persoalan waktu. Semuanya ada di tangan Allah, dan hanya dengan izin dan pertolongan Allah, Khilafah pasti akan tegak kembali! Allahu Akbar!
Wallahu a’lam...
Read More..