Renungan

Menakjubkan sungguh urusan orang yang beriman. Segala perkaranya adalah kebaikan, dan itu tidak terjadi kecuali pada orang beriman. Jika mendapat nikmat, ia bersyukur, dan syukur itu baik baginya. Jika ditimpa musibah dia bersabar, dan sabar itu baik baginya (HR. Abu Dawud & At-Tirmidzi)

Rabu, 31 Disember 2008

Jemputan - Muktamar Ekonomi Hizbut Tahrir Antarabangsa



MUKTAMAR EKONOMI HIZBUT TAHRIR

“Menuju Dunia yang Aman dan Sejahtera di Bawah Sistem Ekonomi Islam”

Tempat Muktamar:
Ruang 1, Kawasan Pameran di Barri, Khartoum, Sudan.

Tarikh Muktamar:
Sabtu 7 Muharram 1430 H bersamaan 3hb Januari 2009



pautan lain:

Liputan Media Konferensi Ekonomi Internasional yang Akan Diadakan di Kharthoum, Sudan


Sedutan wawancara khas dengan Jurucakap Hizbut Tahrir Sudan mengenai Konferens Ekonomi Internasional



Press Release from Pakistan on the International Economic Conference in Khartoum


An open invitation to an International Economic Conference organised by Hizb ut-Tahrir


Read More..

Ahad, 28 Disember 2008

Muslim Australia Protes: Mengungkap Persekongkolan Penguasa Mesir, Hentikan Kezaliman di Gaza

Mukmin itu bersaudara, oleh sebab itu Muslim Australia tidak rela saudaranya di Palestin dijajah oleh Israel. Di depan Konsulat Mesir, kaum Muslim Australia yang dipimpin oleh Hizbut Tahrir Australia menyuarakan protes atas pengkhianatan penguasa Mesir terhadap Palestin, Sabtu (27/12/08). Baru-baru ini Presiden Mesir Housni Mubarak berjabat tangan dengan Menteri Luar Negeri Israel Tzipni Livni. Pada hari yang sama, teroris Israel secara brutal membantai sekurang-kurangnya 140 warga Muslim Palestin.

Aksi protes ini dimulai dengan berjalan kaki dari Masjid Surry Hills menuju Konsulat Mesir. Mereka berjalan kaki dengan melantunkan zikir, takbir dan meneriakkan seruan mereka. Panji Raya Rasulullah yang bertulis kalimat tauhid pun berkibar dengan megah di bumi Kanggaru tersebut.

Di samping itu, mereka membawa poster-poster yang berisi slogan-slogan seperti, "Wahai tentara Muslim! Lindungi Gaza bukan Israel", "Bersabarlah Gaza, Kami Tak Melupakkan Kalian", "Khilafah akan segera membebaskan Palestin".

Setelah tiba di depan Konsulat Mesir, pemimpin acara, Br. Mustaq dengan perasaan yang mendalam, menyampaikan tujuan aksi protes tersebut untuk bersatu melawan segala penindasan yang menimpa kaum muslim. Masalah Palestin bukanlah masalah orang Arab atau warga Palestin, tetapi ianya adalah masalah kaum muslim keseluruhan yang perlu diselesaikan dengan cara islam.

"Kenyataan, kita sebagai kaum muslim perlu berjuang untuk Islam dan untuk saudara-saudara kita di luar negeri. Sudah dimaklumi bahawa kita tidak dapat mengharapkan apa-apa pun dari pemerintah kita," tegas Mustaq.

"Mereka tidak lain hanyalah tirani yang tidak pernah mendukung kaum muslim dan kita harus berhenti berharap pada mereka," tambahnya lagi.

Dalam acara itu, tampil sebagai pembicara pertama, Fawaz, yang berbicara tentang alasan mereka hadir di depan Konsulat Mesir itu. Diikuti oleh pembicara lainnya, iaitu Doktor Housam yang berbicara dalam bahasa Arab. Ia menyatakan penolakannya atas rejim jahat, terutama rejim Mesir yang telah bekerjasama dalam pemboikotan dan pengepungan Gaza.

Sister Maryam, wakil daripada Muslimah Hizbut Tahrir Australia, menyampaikan pesan singkat, mengungkap persekongkolan penguasa Muslim dengan Israel. Beberapa hari lalu, Menteri Luar Negeri Tzipi Livni, yang telah bertemu dengan pegawai tinggi Mesir pada hari Khamis, di tengah-tengah meruncingnya kekerasan di Gaza.

Ia juga mengingatkan kepada kaum muslim bahawa penguasa Mesir secara memalukan telah bertemu dengan pegawai Israel untuk membincangkan nasib Gaza, sementara mereka menolak untuk menolong saudara mereka sendiri, kaum Muslim di Palestin. Sungguh memalukan, sikap penguasa Mesir yang tidak mengindahkan panggilan anak-anak yang kelaparan serta tangisan kaum ibu, tetapi di sisi yang sama mereka bertoleransi serta berkompromi dengan melakukan perbincangan perdamaian dengan ketua negara ‘illegal’ Israel itu, ungkapnya.

Sebagai penutup, Syeikh Abu Anas dari Hizbut Tahrir Australia, memberikan ringkasan serta menyampaikan pesan yang sangat penting. Ia menyeru kaum Muslim untuk bersatu dan terus berdiri untuk kaum Muslim lainnya, bukan hanya Gaza, tetapi juga Chechnya, Kashmir, Iraq, Somalia, Afghanistan dan semua negeri yang tertindas. Ia mengingatkan dengan firman Allah SWT, "Jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan terhadap merak" (TQS. 8: 72).

Acara tersebut akhirnya ditutup dengan doa untuk kaum Muslim di berbagai negeri serta memohon Agar kaum Muslim diberikan kekuatan untuk tetap bekerja siang dan malam dalam menegakkan kembali pelindung ummah, Al-Khilafah, Satu-satunya penyelesaian untuk melindungi kaum Muslimin di seluruh dunia.

Pada hari yang sama, keganasan tentera Israel kembali terungkap dengan serangan yang dilancarkan mereka yang mengakibatkan lebih dari 230 warga Palestin dan ratusan lainnya cedera. Serangan ganas Israel ini dilakukan selang beberapa hari setelah Menteri Luar Israel Tzipni Livni berjabat tangan dengan Presiden Mesir Housni Mubarak di Kairo. Jika komuniti Muslim Australia saja berani berbicara untuk menentang kezaliman Israel, lalu di manakah keberanian para Penguasa Muslim saat ini yang di belakang mereka terdapat jutaan tentera kaum Muslim?

Read More..

Jumaat, 19 Disember 2008

Natasha - Victor Malarek


Oh, Natasha! Natasha! Awalnya kufikir aneh juga rasanya dipanggil dengan nama lain. tapi aku segera menerimanya sebagai pelarian. Ketika aku larut dalam fikiran dan impian, aku adalah Marika (yang bebas dari penjara ini). tapi, ketika aku sedang bersama laki-laki, aku menjadi seorang perempuan lain (pelacur bernama Natasha, yang mati dan dingin dalam diriku).

Natasha adalah mimpi burukku. Marika adalah penyelamatku. Aku tak pernah memberitahu nama asliku kepada semua laki-laki itu. Dan mereka tak pernah bertanya.

(petikan dalam buku – Natasha, Menyibak Perdagangan Seks Dunia, Victor Malarek)

Victor Malarek, wartawan yang berasal dari Ukrain ini telah mengupas tentang fenomena trafiking (perdagangan wanita) di Eropah Timur. Cara perekrutan, jalur penyeludupan, tempat penangkapan (baca: pencurian), sehingga akhir daripada tujuan adalah wanita yang menjadi korbannya. Malarek tidak segan-segan mengungkap tuntas (tanpa penyelesaian) berbagai-bagai pihak yang terlibat. Mulai dari mafia Rusia, pasukan PBB sehinggalah negara-negara Barat yang tidak serius menanganinya yang akhirnya menjadikan trafiking sebagai komoditi politik. Natasha membongkarkan segala kebobrokan (baca: kerosakan) yang menyebabkan maraknya trafiking wanita. Satu fenomena mengkhawatirkan yang tidak hanya sebuah masalah di luar sana, tapi mungkin berlaku di negara kita.



Buku ini, saya sudah melihatnya 2 bulan lalu. Tapi, belum tertarik untuk membelinya. Minggu yang lalu, entah kenapa, saya ‘terdownload’ (torrent) satu cerita yang bertajuk ‘TAKEN’. Setelah selesai download. Saya menontonnya pada waktu malam dengan tujuan merehatkan otak yang sedang kepenatan ketika menulis untuk seketika (sebab, saya jarang menonton cerita hollywood sampai habis, kalau ceritanya tidak best). Namun, setelah menontonnya dalam beberapa minit, saya terasa kelainan di dalam ceritanya. Kronologi cerita yang bermula dari awal penculikan 2 orang gadis (Kim anak kepada pelakon utama, Bryan) yang terbang ke France bersama Amanda untuk ke rumah sepupunya. Namun, kegembiraan yang diharapkan, bertukar menjadi sebuah mimpi ngeri persis seperti apa yang diungkapkan oleh sekian banyaknya Natasha (Natasha, karya Viktor Malarek) di seluruh dunia. Seperti adat kebiasaan filem Hollywodd yang lain. filem ini juga tidak ketinggalan memaparkan aksi Sang Hero dalam pencarian anaknya yang diculik untuk diperdagangkan kepada pembeli-pembeli yang kaya dari seantero dunia. Jika Viktor Malarek mengungkapkan bahawa sangat sedikit jumlah Natasha yang berjaya ‘terselamat’ dan diselamatkan. Apakah Sang gadis di dalam cerita Taken ini, mampu dijejaki lalu diselamatkan oleh Sang Ayah? Jeng, jeng.... jeng! Anda nonton sendiri ok. Barulah suspen.

Guys, 2 karya di atas, iaitu sebuah buku karya Viktor malarek bertajuk Natasya dan sebuah filem Hollywood arahan Pierre Morel adalah sebuah fenomena yang terjadi di seluruh dunia khususnya di Barat. Perempuan dijadikan satu komoditi perdagangan seks yang melampau. Mereka ditipu, diculik, dipaksa, didera dan dizalimi dengan penuh emosi dan menekan jiwa yang sungguh mendalam. Para korban sering dipersalahkan, namun tidak ada siapa yang mengambil tahu untuk mengatasi masalah tersebut.

“Mobil-mobil sering melambat dan orang di dalamnya berteriak, “Dasar pelacur! Pekerjaan seperti itu tidak pantas buatmu!” Tapi mereka tak pernah berhenti untuk menanyakan apakah mereka bisa membantuku” – Steafa, remaja Moldova korban trafiking di Itali.

Motif saya ketengahkan 2 karya di atas, bukanlah hanya berniat sebuah pengungkapan fakta dan realiti semata, melainkan saya ingin mengajak kita semua melihat permasalahan tersebut dari perspektif Ideologi Islam. Ternyata, Kapitalisme tidak mampu menyelesaikan berbagai-bagai problematika yang berlaku di dunia. Masalah ekonomi, pendidikan, sosial dan seluruhnya yang lahir dari akal manusia ini bagaikan telur yang berada di hujung tanduk. Produk-produk yang sudah tidak laris lagi di pasaran seperti sekulerisma, kapitalisme, demokrasi, globalisasi, Hak Asasi Manusia, Perjuangan Gender, Feminisma dan lain sebagainya sudah tidak mendapat tempat lagi bagi manusia sejagat. Bukan setakat kaum muslimin saja yang menyedarinya, malah para ilmuwan barat sudah menghidu akan keruntuhan sistem yang rapuh ini di kemudian hari, yang akhirnya akan diganti dengan satu kekuasaan Khilafah. Ia bukan setakat memberi rahmat dan pelindungan kepada Muslim, bahkan kepada Non-Muslim juga.

Wahai Kaum Muslimin, ayuh sedar dan bangkitlah dari kelalaian dan kelekaan kita selama ini. baik anda seorang guru, ustaz, penarik beca, konduktor bus, programmer komputer dan seluruhnya agar bersama-sama berjuang untuk mengembalikan kehidupan islam di dunia ini secara kaffah (total). Dimulai dari peningkatan taraf berfikir, dan seterusnya berjuang di tengah-tengah masyarakat dengan menyeru agar bergabung dalam sebuah kesatuan ummah untuk memperjuangkannya. Tanpa basa-basi, tanpa kompromi dan tanpa berselindung di sebalik kebathilan, insyaAllah, kebenaran pasti akan mendominasi. Allah SWT berfirman:

Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap." Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. (QS. Al-Israa’[17]: 81)

Wallahu’alam



Read More..

Khamis, 18 Disember 2008

Tudung Ikut Keselesaan???

Lagi-lagi isu tudung. Sebenarnya penulis seolah-olah sudah jemu membahaskan isu ini berulang kali. Tapi disebabkan rasa tanggungjawab dan keprihatinan yang mendalam terhadap perkara yang menyangkut hal-hal yang ma’ruf, maka penulis terpanggil untuk menulis ringkas tentangnya. Isu tudung (baca : jilbab) adalah isu yang tidak kunjung sudah di kalangan masyarakat yang masih mengadopsi fahaman sekular terutama di kalangan artis-artis muslim di seluruh dunia. Ada yang memakai tudung, tapi tembus pandang sehingga kelihatan rambut di atas kepala. Ada yang pakai tudung, tapi hujungnya diikat di leher, sehingga nampak leher dan dada. Ada yang pakai tudung, tapi tidak labuh dan mendedahkan dada. Jika begitu halnya, apakah perbezaan antara pakai dan tidak? Tentu saja orang di luar sana ada yang berbisik mengatakan, “Lebih elok begitu, daripada tidak pakai langsung”. Hei mr. rand mrs! Apakah hak anda untuk membolehkan dan menidakkan sesuatu itu mengikut akal anda? Apakah halal ditentukan oleh nalar pemikiran anda? Dan yang haram itu ditakrifkan oleh perasaan dan naluri anda? Jawablah hal itu di hadapan Allah nanti, jika benar hal demikian!

Kali ini, ketika membaca Berita Harian (18/12/08), isu ini sekali lagi memaparkan kekaburan media sekali gus pemahaman yang sekular ini di khalayak umum. Cukup dengan membaca perenggan ini:

Cik Normah pun tak bertudung dan masih lagi berkebaya ketat atau kadang-kadang memakai skirt kalau berjalan ke sana sini. Bagi Cik Normah terpulang kepada Siti hendak memakai tudung yang bagaimana. Lagi pun sebelum ini Siti pernah berkata yang dia akan memakai mengikut keselesaan sendiri. (baca : http://www.bharian.com.my).

Akan jelaslah bahawa media kini tidak memainkan peranan sebagai penyebar informasi yang benar dalam perspektif islam. Saya tidak bermaksud ingin mengumbar aib sesiapa. Tapi, disebabkan hal ini dipaparkan secara umum dan meluas, maka ia boleh diungkapkan atas dasar tujuan amar ma’ruf nahi munkar. Kali ini, tudung yang dipaparkan (lihat gambar) adalah tudung yang merosak imej muslimah bertudung. Tudung apa jika hanya menutup rambut di bahagian belakang sahaja? Lalu rambut, leher dan dada terdedah. Bukan hanya itu, perbuatan ber-tabarruj juga sangat jelas dipertonton. Guys, apa yang terpapar di media massa adalah sekelumit permasalahan dan secebis penyakit yang melanda umat islam di mana-mana. Tidak perlu melihat jauh ke arah artis-artis kita. Anda ada rumah bukan? Lihat keluarga anda. Buka tingkap dan pintu anda, dan lihatlah jiran anda. Masih tidak ketemu? Ok, sekarang berjalan keluar menuju market atau shopping komplex berdekatan, lihatlah makhluk-makhluk yang ada di situ? Atau anda masih tidak puas? Berjalanlah lagi sehingga menuju ke taman-taman, pusat rekreasi, pusat hiburan dan ibu kota, akan anda dapati banyak ‘artis’ yang berkeliaran di situ. Bukan setakat tudung sahaja yang bermasalah, tetapi baju yang ketat dan menampakkan dada, seluar yang ketat atau pendek mencecah lutut yang memperlihatkan body natural mereka. Ah, letih memikirkan mereka.

Tapi, disebabkan kita adalah seorang mukmin yang harus peduli tentang mukmin lainnya, maka seharusnya kita harus peka tentang isu ini. Tidak perlu saya bahas panjang mengenai isu tudung ini kerana sudah banyak posting-posting yang lalu sudah diungkapkan dan dibincangkan dengan mendalam. Mulailah langkah kita sebagai individu yang hidup di tengah-tengah masyarakat agar memahami dan mendalami islam sedalam-dalamnya. Lalu, berpesan-pesanlah kalian (termasuk penulis) kepada keluarga sendiri, Suami kepada Isteri, isteri kepada suami, ayah kepada anak, anak kepada ibu, abang kepada adik, adik kepada kakak dan begitulah seterusnya. Ketika berinteraksi dengan masyarakat sampaikanlah islam dengan cara-cara yang mengkesankan, dan elakkan menyampaikan dengan cara yang bosan dan menghambarkan. Pilihlah waktu-waktu yang sesuai untuk menyampaikan dan menasihati. Perlu dicatat, ia bukan bererti kita harus berkompromi dalam hal-hal yang sudah jelas di dalam islam. Tegas dan sabar ketika menyampaikan perlu ada sebagai seorang da’i (penyeru kebaikan, bukan ustad je).

Wallahu’alam

Read More..

Selasa, 16 Disember 2008

Jurnalis Berani Berbanding Pemimpin Yang Bacul!


Ternyata kejadian 2 hari lalu (14/12/08) telah dipublikasikan oleh media massa secara meluas. Baik di internet, televisyen, radio dan surat khabar. “Syukron Katsiro”, itulah ucapan terakhir Bush sebelum seorang jurnalis bertindak melempar kasut ke arahnya, namun Bush berjaya mengelak. Lontaran pertama yang disusuli pula dengan lontaran kedua. Bagi sesiapa yang mempunyai perasaan islam yang mendalam, kejadian tersebut sangat mengharukan dengan keberanian seorang warga muslim yang hanya berstatus tapi sangat berani berbanding pemimpin boneka islam di seluruh dunia yang hanya “sami’na wa atho’na” terhadap kafir harbi ini.

Terfikir sejenak, kalaulah saya yang berada di sana lantas mendengar pernyataan Bush yang menganggap kehadirannya di Iraq adalah bertujuan untuk kemandirian Iraq. Apakah saya akan bertindak berani demikian? Atau hanya berdiam diri menahan amarah. Dengan tanpa rasa bersalah, Bush berkomentar, "Tidak, saya mempertimbangkan itu sebagai satu langkah penting menuju Irak yang mendukung dirinya sendiri, memerintah dirinya sendiri dan mempertahankan dirinya sendiri,” kata Bush.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa perang belum usai. “Ada beberapa tugas yang harus dilakukan. Perang belum usai,” imbuh Bush.

Sangat tidak masuk akal bunyinya, lantas bermulalah adegan Sang Pemberani yang tidak tahan dengan kenyataan konyol itu dengan menjerit, “Ini ciuman perpisahan dari warga Irak, anjing,” teriak jurnalis itu sambil melempar kasut.

Nuri Al-Maliki, Sang Boneka hanya mampu tergamam berada di sebelah kafir harbi tersebut. Sungguh memalukan! Dia tidak merasa apa-apa dengan kehadiran sang musuh. Malah berjabat mesra dengan Bush..

Wahai pemimpin kaum muslimin di seluruh dunia! Sedarlah bahawa kalian akan dipersoalkan terhadap apa yang kalian lakukan di muka bumi ini.

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan” (QS Yaasin[36]: 65)

Saya jadi teringat dengan anekdot dari teman saya satu ketika dulu. Kalaulah umat islam seluruh dunia meludah ke bumi ‘Israel’ (Negara yang tidak diiktiraf), tentu rakyat Israel akan lemas dihanyutkan banjir dari ludah kaum muslimin. Lanjutnya lagi, Israel itu adalah kecil dibandingkan dengan jumlah kaum muslimin yang merupakan majoriti penduduk di dunia ini. Mafhum mukhalafahnya, jika dengan hanya ludah, Israel sudah bisa tenggelam, maka bagaimana jika kasut kaum muslimin seluruh dunia dibaling ke Israel? Haha, tentu Israel tenggelam dengan kasut itu. AllahuAkbar!

Wallahu’alam

Read More..

Antara 2 Hon


Pagi itu, matahari telah naik dan menyingsing waktu subuh. Seorang pemuda telah bersiap siaga untuk berangkat kerja. Waktu menunjukkan jam 8 pagi. “ah, terlalu awal”. Bisik hati sang pemuda, kerana ‘punch card’ kerjanya adalah jam 10 pagi. Manakala perjalanan menuju ke tempat kerja pula hanya mengambil waktu 1 jam untuk sampai dari rumahnya. Namun, kenderaan itu terus dipacu. Liku perjalanannya setiap kali untuk pergi kerja adalah dengan melalui Jalan Ampang. Siapa yang tidak kenal jalan ini, maka dia boleh dikategorikan bukan orang KL atau penetap di KL. Jalan Ampang antara jalan yang sesak di waktu pagi dan petang. Waktu pergi dan pulang dari kerja. Bayangkan saja, jalan ini dimulai dari susur keluar dari Lembah Jaya sehinggalah ke persimpangan Jalan Tun Razak.

Kenderaan terus dipacu sehinggalah melalui jalan selekoh berhampiran tempat kerjanya. Kereta dipandu, jalan dilewati, manakala tempat yang dituju belum kelihatan. Kesegaran pagi dan kedinginan aircond di pagi itu tiba-tiba bertukar hangat. Ton! ton........! ‘sang kancil’ membunyikan hon di persimpangan kiri jalan. Tanpa banyak fikir, kereta diberhentikan, dan pemuda tadi keluar dan memaki-maki pemandu kereta kancil tersebut. Egonya tercabar. Akal sang pemuda tidak berfungsi secara sihat. Walau matahari pagi menerikkan kesegaran hembusan cahayanya. “Wei, apa hon-hon, tak puas hati ke?”. “Eh, apa ni bang, abang masuk simpang tak bagi signal, saya hon la, abang yang salah”. “Abih, ko tak puas hati?”. Nasib baik ada orang ramai yang mendamaikan perang tersebut. Kalau tidak, kota yang aman dan nyaman, pasti akan berubah situasinya tatkala ada bom meledak. BOM!

Dengarkan satu kisah lagi. Jam menunjukkan 11 pagi. 2 jam lamanya berada di dalam kapal terbang, kini sang pemuda telah sampai di Jakarta, ibu kota Indonesia. Sang pemuda pelancong dari Malaysia. Beberapa minit kemudian ia mula meninggalkan ‘bandara’ (bahasa indon : airport) dengan menaiki bus, dan deruan pesawat juga kian hilang dari pendengaran. Pemuda tadi ingin ke Bogor untuk berjumpa dengan teman baiknya ketika berada di Malaysia. Setelah sampai di Bogor, ia terpaksa menaiki ‘angkut’ (singkatan untuk ‘angkutan kota’) yang berfungsi sebagai ‘public transport’ di sini. Ada pengalaman aneh yang membuat pemuda itu berfikir sejenak, dan akhirnya dapat membuat kesimpulan. Ton! Ton, hon dari kiri. Ton! Ton!, hon dari kanan. Ton! Ton!, hon dari belakang. Ton! Ton!, hon dari depan. Ton! Ton!, hon entah dari mana arahnya. Guys, itu memang sudah kebiasaan orang sini. kebiasaaan yang telah menyatu menjadi kultur budaya. Jika orang di sini dihon, mereka akan merasa diberi isyarat sesuatu dari kenderaan tersebut, dan bukan berasa marah kerana hon tersebut. Sama ada kenderaan yang meng-hon tersebut ingin memotong kita atau kenderaan tersebut ingin melalui selekoh yang sama di jalan kita, atau apa saja sih yang kedengarannya tidak membuat orang angkuh dan arogan.

Jika di Malaysia, jika orang membunyikan hon kereta, dan mengisyaratkan kepada kita. Maka ia dianggap ‘kurang ajar’, dan membuat kebanyakan orang marah. Perlu dicatat, bukan semuanya yang bersifat demikian. Ada orang yang hanya mengangkat tangan ketika dihon, tanda minta maaf atau memberi senyuman sebagai tanda mesra (moga saja kita tergolong demikian). Saya ingin ketengahkan satu perkara dalam pembahasan ini. suatu perkara/amalan buruk yang menjadi budaya dalam masyarakat bukan terjadi sendirinya. Tetapi melalui proses tersendiri dalam masyarakat tersebut. Masyarakat ditakrifkan sebagai komuniti manusia yang mempunyai perasaan, pemikiran dan peraturan yang sama (3P). Ketika perasaan yang mendominasi di tengah-tengah masyarakat sudah tidak cenderung islami, manakala pemikiran yang terdidik dalam kultur pendidikan dan sosial mereka sudah bukan lagi islam, maka apa yang berlaku adalah masyarakat akan bergeser dari islam itu sendiri. Perasaan dan pemikiran dalam masyarakat mungkin boleh dipulihkan jika penerapan hukum islam ditegakkan ke atas mereka. Namun malang, peraturan yang diterapkan ke atas mereka pula bukan sistem islam, tetapi sistem selainnya. Mungkin saja Sosialis, dan mungkin saja Kapitalis (yang ketara kini). Tidak ada yang ketiga setelah keduanya, melainkan islam. Tetapi islam hanya diambil separuhnya (mungkin tidak sampai separuh). Manakala yang lainnya diabaikan.

Jadi, terbentuknya budaya yang rosak (baca : tidak islam) di dalam masyarakat adalah hasil dari tidak diterapkannya peraturan islam yang berakibat kepada kerosakan pemikiran dan perasaan masyarakat itu sendiri. Konsekuensinya, masyarakat semakin lama akan terbiasa dengan kultur dan budaya yang semakin jauh dari islam. Untuk memperbaikinya pula, tidak lain dan tidak bukan adalah dengan mengubah 3P tersebut. Masyarakat haruslah dididik dengan tsaqafah islam dalam benak mereka. Lalu, perasaan mereka terus menerus disuntik dengan masalah pahala dan dosa, syurga dan neraka, redha dan murka Allah SWT. Dengan terwujudnya gelombang pemikiran dan perasaan tersebut, masyarakat akan mula bangkit dengan gelombang kebangkitan sejati dan hakiki. Kebiasaan-kebiasaan yang rosak itu sudah tidak perlu dikhawatirkan lagi, kerana ia akan hilang secara alami ketika masyarakat sudah menjadikan islam sebagai qiyadah fikriyah mereka.

Kesimpulannya, mulai dari individu yang merupakan sebahagian dari masyarakat harus memulai proses pembaikan ini. Lalu, ajaklah masyarakat di kelilingnya dengan mewujudkan kutlah dan berjuang bersama. Ini kerana, nabi juga berjuang di dalam kelompok islam dan bukan sendirian. Intinya, inti pati dan tsaqafah islam haruslah dipelajari secara mendalam dan disampaikan kepada masyarakat untuk mengubah 3P di atas. insyaAllah, kebangkitan yang selama ini didambakan akan segera terealisasi. AllahuAkbar!

Wallahu’alam...

Read More..

Jumaat, 12 Disember 2008

Hari Penyampaian Hadiah Pelajar Cemerlang





(Budak-budak ni teruja betul. datang seawal jam 7 pagi, majlis mula jam 8.30 pagi. Tak sabar nak terima hadiah agaknya, hehe)


(Antara Kenamaan Yang Hadir - YB Dato' Hj Abd Rahman B. Hj Ibrahim)


(Majlis Dimulakan Dengan Bacaan Al-Quran Oleh Adik Mohd Adzfar - Pelajar Tahfiz)




(Penerima Hadiah Pelajar Cemerlang)


(Pidato Dari Adik Nurul Izzaty - "Beristiqamah Menuntut Ilmu")


(Persembahan Nasyid Dari Pelajar-pelajar Tahfiz)


(Pidato ll - "Bangunlah Wahai Sahabatku)


(Yang ni Menarik, Persembahan Choral Speaking - "Our Daily Habit In School")


(Adik Nur Lisa Menyampaikan Poetry Bahasa Inggeris - "Muslimat")


(Pidato Bahasa Arab, Mohd Anas - Pelajar Tahfiz, "Nabi Daud")


(Poetry Bahasa Inggeris - "A to Z of Success")


(Persembahan Kemuncak, Dikir Barat - "Guru-guru Al-Imtar")


(Pemandangan Majlis Di Dalam Dewan)

Read More..

Khamis, 11 Disember 2008

3 In 1 – Antara Realiti & Persoalan

Ini bukanlah tulisan mengenai jenama syampu atau pencuci muka, tetapi ia adalah tulisan yang ingin saya kongsikan bersama pembaca sekalian mengenai 3 pengamatan dan pengalaman saya dalam satu hari, tepatnya pada hari kedua Aidiladha. Ketika itu, saya menziarahi teman-teman saya di tempat kerja lama saya di Plaza Lowyat (syurga komputer bagi yang rajin ke sana). Mmm... pengalaman ini, perlu untuk saya kongsikan bersama kerana ia menyangkut hal-hal yang sudah termasuk kategori lazim di dalam masyarakat kita.

Pengalaman Pertama – Pernikahan Melayu & Cina

Ketika saya berjumpa dengan teman-teman saya, saya juga sempat berjumpa dengan beberapa kenalan rapat saya yang berbangsa cina. Secara tepatnya mereka adalah bekas manager saya dan beberapa ‘supplier’ barang komputer di sana. Banyak yang saya borakkan, mulai dari pengalaman pekerjaan baru sehinggalah menyangkut hal-hal peribadi masing-masing. Namun, di sela-sela perbualan, Vincent (seorang supplier barang komputer) bercerita tentang perkahwinannya yang baru berusia 3 bulan. Dia meluahkan kepada saya, bahawa sebelum ini dia mempunyai ‘girlfriend’, tetapi suka mengajak beliau ke disko dan tempat-tempat hiburan, layaknya bagi muda-mudi kini yang suka enjoy (macam cerita puteri lah; “yang penting kita enjoy”). Jadi, dia berfikir bahawa perempuan sebegini bukanlah perempuan yang dicarinya untuk dikahwini. Ini kerana, dia berkata; “kahwin bukan untuk satu, dua hari lho. Kita mau kahwin sampai mati wo”. (mmm... pandai jugak berfikir dia ni, walau bukan muslim ek!). Dia sambung lagi, “nanti, kalau sudah kahwin sama itu amoi aa... kahwin sekejap saja, nanti dia sudah lari. Ooo... tak mahu ooo!”. (maksud dia, kalau kahwin dengan perempuan yang suka enjoy tu lah)

Setelah itu, saya menemui dengan salah seorang teman lama saya ketika bekerja di situ. Lalu, terungkaplah satu kisah lagi berkenaan pernikahan. Teman saya bertanyakan pendapat saya tentang perkahwinan yang sedang dialami temannya. Temannya kini sedang berada di dalam ‘ombak’ pernikahan. Pernikahannya sedang terumbang-ambing kerana kerapuhan interaksi di antara kedua pasangan. Kini, sang isteri menuntut cerai daripada suaminya. Isterinya menganggap bahawa dia sudah tidak mencintai sang suami, dek kerana suaminya tidak menjalankan tanggungjawab sebagai suami secara sejatinya. Apa yang menyedihkan, ketika teman saya bertanya kepada sang suami tentang asas pernikahan mereka pada mulanya, sang suami hanya menjawab, dia berkahwin hanyalah kerana suka-suka, tanpa dia mengetahui untuk apa pernikahan itu sebenarnya. Kelakar bunyinya kan? Ia tidak aneh, kerana pernikahan yang dijalani oleh pasangan muda mudi kini tidak dilandaskan pada dasar yang dituntut oleh syariat islam itu sendiri. Tidak perlu jauh-jauh bertanya, sila bertanya kepada muda mudi yang di sekeliling anda, dan silakan tanya; “Apakah makna sebuah pernikahan?”. Tentu ada yang menjawab bahawa pernikahan itu hanyalah ‘tuttt’ semata”. Setelah dia jawab, ambil air satu baldi dan siramlah ke mukanya, dan katakan kepadanya; “dah bangun ke belum?”, haha. Saya yakin, dia sedang tidur dibuai mimpi.

Guys, berapa banyak pernikahan yang terjadi seperti ini di luar sana? Dan apakah bezanya antara orang Melayu dan cina? Lebih tepatnya, apakah beza orang yang mengaku muslim, tapi tidak tahu ajaran islam itu sendiri. bab nikah? Lagilah, fail!

Pengalaman Kedua – Surau Itu Kini Sudah Berubah

Lama sangat berborak dan bercerita dengan teman saya, sehingga waktu pula mengekori tanpa kami sedari. Seiring itu juga, waktu asar sudah masuk meninggalkan waktu zuhur. Saya berjalan menuju ke tingkat UG (upperground) untuk ke surau yang ‘terbesar’ di KL, haha. Kaki saya melangkah menuju ke surau tersebut, sambil terbayang keadaan surau tersebut yang usang, sempit dan tiada tempat wudhu’ yang khusus untuk para jemaah. Jemaah harus mengambil wudhu’ di bilik kecil di antara tandas lelaki dan wanita, yang hanya tersedia satu paip bawah dan paip sinki. So, hanya satu orang sahaja yang boleh mengambil wudhu’ dalam satu masa, baik laki-laki mahupun wanita. Perkara tersebut sering diperkatakan oleh orang-orang yang mengunjunginya, tetapi tiada tindakan yang diambil untuk mengatasinya. Apa yang lebih menyedihkan, tempat solat muslimah berada di bahagian hadapan tempat solat muslimin. Ia Cuma dipisahkan oleh dinding kayu yang nipis. Untuk ke kawasan tempat solat wanita pula, perlu melalui cela-cela bahagian tepi tempat solat muslimin yang lebarnya hanya sekitar 2 meter. Anda boleh bayangkan, ketika waktu solat maghrib, jemaah yang melimpah menyukarkan muslimah yang berada di luar dan dalam untuk keluar dan masuk. Bagi muslimin pula? Mereka perlu ‘queue’ di bahagian luar seperti keadaan haji di Makkah.

Namun, setelah sampai di sana, saya terus ke ‘tempat wudhu’. Namun, ‘kakak cleaner’ yang jaga di situ, memberi tahu saya bahawa surau telah dipindahkan ke aras B2 (basement 2). Dan katanya, surau yang baru itu kini lebih besar dan ‘much better’ dari yang sebelum ini. Kakak ni memang peramah (kerana dia tahu bahawa dia sedang berborak dengan seorang peramah agaknya, hehe). Saya tak tanya pun, dia dah jawab semuanya. Thanks kak, for the information. Kini, kaki saya melangkah menuju ke aras B2 tersebut. Langkah saya sangat cepat kerana teman saya sedang menunggu saya, untuk minum bersama. Wah, banyak betul member yang nak ajak minum ni, hihi. Ternyata gambaran kakak tadi benar. Ingin saya sertakan gambarnya, tapi saya tidak membawa kamera digital bersama, dan kamera HP saya tidak clear (maklumlah handphone murah, hehe), so saya tidak snap gambar surau tersebut. Alhamdulillah, ternyata setelah lama didirikannya bangunan tersebut (baca : shopping complex), baru kini ia mempunyai surau yang sejati layak bergelar surau.

Persoalan muncul lagi, “jika surau tempat beribadah menjadi rumit sebegini, lalu orang yang ingin mengerjakannya pun sukar untuk melaksanakannya. Bagaimana dengan perkara-perkara ma’ruf yang lain?”

Pengalaman ketiga – Hati-hati di Masjid


Hari sudah mendekati malam. Matahari kian terbenam. Saya meminta izin kepada teman-teman saya untuk pulang dan solat maghrib di rumah saja, walau teman saya menyuruh agar lebih lama di sana dan solat di situ saja. Motosikal saya meluncur laju melewati alur jalan raya yang biasa saya lalui. Tanpa diminta, azan berkumandang tepat ketika saya lewat di hadapan masjid di kawasan rumah saya. Hati kecil saya mengajak solat di masjid untuk mengambil keutamaan solat. Saya bertawakal dan ‘mengikat’ motor saya dan meletakkan sandal berjenama ‘carvil’ di tempat teratak yang disediakan. Hati kecil saya berbisik, insyaAllah selamat (Cuma sandal, bukan kasut).

Usai solat, saya tidak langsung berganjak. Saya ikut bertakbir dan berzikir bersama imam dan jemaah. Jujur saja, memang saya sudah lama tidak berjemaah maghrib di masjid tersebut kerana kesibukan (moga ia bukan alasan). Jadi, saya mengambil kesempatan yang telah diberikan oleh Allah SWT tersebut dengan sebaiknya. Hati saya bergetar sedikit, entah kenapa. Moga dosa-dosa saya diampunkan oleh Allah SWT (ameen). Usai solat rawatib, saya terus menuju keluar untuk pulang. “Innalillah Wainna Ilaihi Roji’un”, lafaz tersebut langsung keluar dari mulut saya secara spontan. Pasrah dan redha yang mampu saya ungkapkan, walau ada sedikit kecewa. “Sandal saya hilang”. Sepantas kilat mata saya tertuju ke arah motosikal saya, sama ada ia menerima nasib yang sama ataukah sebaliknya. Alhamdulillah, motor saya tetap di situ tidak bergerak walau seinci pun. Fuh... nafas lega saya hembuskan. Saya menuju ke motor saya dengan berkaki ayam. Ketika saya hendak pergi, saya lihat ada seorang lelaki yang seolah-olah berada seperti posisi saya. Sedang mencari-cari sesuatu, dan saya yakin abang tersebut sedang mencari sandalnya yang hilang. Saya menyapanya, dan bertanyakan apa yang sedang dicarinya. Ternyata tekaan saya tepat, dan saya berceritakan hal yang sama kepada abang tersebut. Bayangkan saja, abang itu bercerita kepada saya bahawa motosikal temannya hilang karburatornya di masjid ini juga, dan pelbagai hal-hal yang tidak sepatutnya berlaku di masjid, telah terjadi di sini.

Apabila masjid dihuni Sang Pencuri dan tidak selamat bagi penghuninya. Maka, apakah masih ada tempat yang lebih aman dan selamat darinya?

Wallahu’alam

Read More..

Khamis, 4 Disember 2008

Hati-hati, Nanti Kebakaran!

Kebakaran, kebakaran.... kebakaran! Teriak seseorang dari luar rumah. Ketika saya keluar rumah untuk melihat kejadian apa sebenarnya yang berlaku, sebuah rumah sudah hangus terbakar. Setelah mangsa ditanya, dia menjelaskan bahawa ketika itu dia sedang memasak di dapur, lalu ditinggalkan masakan tersebut kerana sedang asyik menonton perlawanan sepak bola di depan. Lalu, entah bagaimana, satu letupan berlaku dan menyebabkan api mula marak dan membakar sedikit demi sedikit fizik rumahnya.

Teman, dari kisah ringkas di atas saya ingin mengajak kita semua untuk merenung sejenak. Sebentar aja sih. Saya ingin mengungkapkan tentang realiti yang ada di dalam masyarakat kita. Bayangkan ketika kita mempunyai anak. Mulai dari kecil, kita sayang dan belai ia dengan penuh kasih sayang. Dengan ia, kita bersemangat dan bangga. Lalu, setelah usia dimamah waktu, anak itu semakin membesar dan kita mulai lalai dan leka dalam mendidiknya kerana asyik sibuk dengan kerja atau tidak peduli dengan pergaulan dan pendidikannya. Kalaupun membiayai pendidikannya, tapi hanya sebatas memenuhi keperluan persekolahan tanpa kita memperhatikan prestasi dan kultur sosialnya. Misalnya, anak kita itu sekarang sudah pandai membaca atau belum? Anak kita di sekolah nakal atau gimana? Anak kita setelah pulang dari sekolah langsung pulang atau sangkut di mana-mana? Kalau dia bermain, maka temannya itu siapa? Pengaruh yang baik, atau yang buruk diterimanya. Sejumlah pertanyaan yang lahir dari sifat tanggungjawab bagi orang tua perlu ada ketika sedang membesarkan anak-anak.

Guys, bayangkan apa yang terjadi jika semua pertanyaan itu tadi tidak ditimbulkan dan disikapi dengan serius oleh orang tua? BOM! Api meledak dan bakal membakar seisi rumah. Rumah yang menjadi tempat kita berteduh dan tinggal untuk meneruskan kehidupan, lalu hangus dijilat api. Sama dong! Anak yang kita harapkan agar bila besar dan dewasa kelak akan menjadi manusia yang berguna sekali gus membuat kita bangga di kalangan keluarga, masyarakat dan juga negara. Apa yang lebih penting, kita akan lebih bangga nanti ketika berhadapan dengan Allah SWT kerana dapat menjaga amanah yang diberikan di dunia ini, iaitu mewarnai kehidupan anak-anak kita dengan nuansa iman dan takwa. Oleh itu, seperti kejadian yang saya ceritakan tadi, untuk memasak saja perlu tanggungjawab dan hati-hati, agar masakan kita tidak hangus, lantas api yang digunakan untuk memasak tadi tidak membahayakan kita. Apalagi untuk mendidik dan membesarkan anak. Tentu saja perlu banyak pengorbanan waktu, tenaga dan kasih sayang yang perlu dicurahkan. Seorang anak ketika baru lahir itu bagaikan kain putih, maka kitalah yang akan memberi warna-warna kehidupan bagi seorang anak tersebut. Jangan sampai ia diwarnai oleh kejahatan dan kerosakan. Tapi biarlah ia dipenuhi dengan warna-warna kebaikan dan kesolehan sebagai seorang yang beriman di muka bumi ini.

Namun, semua itu perlu dimulai dari individu, keluarga dan masyarakat, lalu tanggungjawab negara ketika menerapkan hukum dalam pemerintahan. Individu haruslah mempunyai kesedaran untuk menjadi hamba Allah yang beriman dan bertakwa di muka bumi, keluarga dan masyarakat haruslah senantiasa menjalankan amar ma’ruf nahi munkar di tengah-tengah kehidupan, manakala sebuah negara yang menginginkan kemuliaan hakiki tentunya akan memilih syariat islam sebagai pemacu dalam sistem kehidupan. Manusia bukanlah malaikat yang selalu taat, dan bukanlah binatang yang tidak mempunyai akal. Justeru itu, sebuah sistem yang benar yang berasaskan wahyu diperlukan untuk mengurus masalah kehidupan mereka. Kesedaran dan keinginan perlu dituntun dengan ilmu yang benar di dalam sebuah negara. Jadi, tidaklah berguna jika manusia itu hanya berbekalkan kesungguhan dan kesedaran tanpa adanya ilmu yang benar tentang segala-galanya. Oleh itu, dengan tulisan yang singkat ini, kita semua berharap agar hari ini lebih baik dari semalam, dan begitulah seterusnya. Rasulullah saw bersabda:

"Barang siapa yang amalannya hari ini lebih baik dari semalam, dia adalah orang yang beruntung. Barang siapa yang amalannya hari ini sama dengan yang semalam, dia adalah orang yang rugi. Dan barang siapa yang amalannya hari ini lebih buruk dari hari semalam, dia tergolong orang yang dilaknat Allah SWT"

Wallahu’alam...

Read More..

Rabu, 3 Disember 2008

Sekilas Tentang Orang Bawean Di Malaysia


Di seluruh dunia, sudah tidak aneh jika bangsa asing berada dan tinggal di negara lain. Amerika misalnya, penduduk yang bukan pribumi tinggal di sana seperti negro, orang arab (arabian), orang eropah (Itali, Perancis, Belanda dll), yahudi (ini bangsa yang mendominasi kini) telah tinggal sejak beberapa abad yang lalu. Mereka tinggal, bekerja dan berkeluarga di sana, sekali gus bersosial dengan penduduk asalnya.

Kini, kondisi dan situasi seperti itu sudah menjadi alami di mana-mana termasuklah orang-orang bawean yang berhijrah dan duduk tetap di negara Malaysia. Bapa dan ibu saya yang berhijrah ke Malaysia pada awal tahun 1980. Saya lahir dan dibesarkan di sini (Malaysia) dengan darah dari keturunan orang Bawean. Setelah lama menetap di sini, akhirnya orang tua saya mendapat PR (kependudukan tetap : IC Merah) di Malaysia. Manakala saya, tumbuh dan bersosial di negara ini tanpa saya melupakan bahasa Bawean itu sendiri, karena kedua orang tua sering berkomunikasi bahasa tersebut ketika di rumah. Maka tidak hairanlah, jika ramai yang aneh ketika saya mampu berbahasa Bawean ketika saya pulang ke Bawean baru-baru ini. Jangan hairan, karena Gola-Gong (penulis Proffesional Indonesia) berkata, bahawa sesuatu kebiasaan yang dilakukan secara berulang itu akan melahirkan apa yang lebih dari bakat.



Hakikatnya, perjalanan hidup keluarga saya adalah hampir sama bagi kebanyakan orang-orang Bawean yang ada di sini. Mereka datang ke sini adalah untuk bekerja dan mencari rezeki pada awalnya. Lalu, setelah mereka menikah dan berkeluarga, mempunyai anak dan dibesarkan di sini, tinggal sementara dan akhirnya tinggal lama, kenal hanya orang-orang Bawean lalu kenal semuanya, ia sudah menjadikan mereka betah dan memilih untuk terus tetap tinggal dan bersosial di sini tanpa melupakan tanah air mereka Bawean. Akhirnya, situasi itu berkembang dari satu keluarga hingga keluarga lain, dari satu keturunan hingga keturunan selanjutnya, yang pada akhirnya mewujudkan satu komunitas yang besar dan mereka bisa melaksanakan adat dan kebiasaan di Bawean di sini.

Penduduk Bawean di sini sememangnya unik. Walaupun bangsa Indonesia yang ada di Malaysia tidak hanya orang-orang Bawean, kerana ada bangsa lain seperti Jawa, Madura, Aceh dan banyak lagi, tetapi bangsa Bawean di sini agak unik keberadaan dan bentuk interaksi sosialnya. Orang-orang Bawean dipanggil dengan panggilang ‘orang boyan’ di sini. Mereka bangsa yang jarang bersendirian, tetapi berada dalam satu komunitas bangsanya sendiri. Jika anda ingin datang ke Malaysia dan ingin berkunjung ke tempat-tempat yang dipenuhi oleh kebanyakan oleh orang Bawean di antaranya adalah: Kampung Pandan, Lembah Jaya, Keramat, Ulu Kelang, Balakong dan banyak lagi. Kebiasaan masyarakat Bawean di sini adalah mengadakan rapat (meeting) ketika hendak membincangkan sesuatu masalah atau agenda. Mereka sering berkunjung di antara satu sama lain, membuat acara kesyukuran di rumah-rumah, tolong menolong ketika ada acara pernikahan, dan banyak lagi yang semua itu tidak dilakukan oleh bangsa-bangsa lain khususnya masyarakat Malaysia sendiri.

Memang tidak dinafikan, di sebalik pro adanya kontra, karena ia suatu yang alami di mana-mana. Manusia bukanlah malaikat yang selalu tunduk dan patuh kepada perintah tuhanNya. Kebiasaan yang aneh-aneh dan di luar amalan syariat tidak terlepas dari amalan sekelompok kecil orang Bawean. Kepercayaan khurafat dan mistik yang bisa merosakkan akidah masih ada pada sekelompok kecil orang Bawean. Saya sendiri, satu ketika dulu pernah diajarin perkara yang aneh-aneh oleh orang Bawean yang menetap di sini, namun saya gak terus mengambil dan mengamalkannya. Tetapi, saya malah justeru mengukurnya dengan garis panduan syariat islam. Apakah bisa atau sebaliknya. Ternyata justeru semua itu adalah amalan yang bisa membawa pengamalnya ke lembah mensyirikkan Allah SWT. Na’udzubillah Min Dzalik. Namun, tidak adil jika ia dilekatkan hanya pada masyarakat Bawean yang kecil itu, kerana perkara seperti berlaku di mana-mana oleh bangsa lain. Hatta, orang-orang Amerika yang moderan itu sendiri masih banyak mengakui dan mengiktiraf perkara-perkara yang mistik dan ghaib. Buktinya, filem-filem yang dihasilkan di sana, banyak yang berbaur horor.

Masyarakat Bawean di sini, hampir keseluruhannya bekerja sebagai buruh kasar (pekerja kontrak) di bangunan-bangunan pencakar langit. Memang tidak ada siapa dapat menafikan, bahawa gedung-gedung tinggi di sini banyak yang dibina oleh orang-orang dari Indonesia termasuk orang Bawean. Kerja dan kemahiran mereka memang pada perkara-perkara yang melibatkan pertukangan. Jadi, di ruang-ruang masa yang kosong dan waktu lapang, mereka akan bertemu dan bermain sesuatu yang menghiburkan seperti bermain catur (chess), karembol (carem), badminton dan sepak bola. Kalau tak percaya, silakan saja datang ke Kampung Pandan tempat saya tinggal. Di sebelah malam, orang-orang Bawean akan menghabiskan masa bermain catur dan ngobrol di satu tempat yang sudah biasa mereka berkumpul. Jika ada perlawanan sepak bola di antara gergasi kelab ternama, maka mereka akan duduk di restoran sambil minum ‘teh tarik’ sehingga perlawanan habis. Ada yang lebih ekstrem, sanggup duduk lama di restoran dan ngobrol dan nongkrong sampai pagi dengan hanya berbekalkan duit RM1 (harga teh tarik satu gelas RM1).

Begitulah sekilas pengalaman dan pengamatan saya sebagai salah seorang warga berketurunan bawean yang berada di Malaysia. Pro dan kontra sering berada di mana-mana. Namun, masyarakat bawean masih banyak yang mempunyai muyul (kecenderungan) islam. Mendidik anak-anak dengan agama masih kuat dipraktikkan oleh mereka, walau tidak dinafikan sudah banyak anak-anak Bawean yang ‘rosak’ karena tidak ada didikan agama dari orang tua mereka. Namun, saya masih bersikap optimis dan berharap agar masyarakat Bawean di sini menjadi salah satu dari bahagian dari kaum muslimin yang menjadikan islam sebagai ‘way of life’, iaitu sebagai panduan di dalam kehidupan. Agak menyedihkan, jika islam hanya menjadi rujukan di dalam masalah ibadah seperti solat, puasa, zakat dan lainnya, tetapi ketika berkomunikasi dan berinteraksi atau bermuamalat dan bersosial tidak menggunakan islam sebagai cara hidup. Dari aspek yang lebih luas, islam memberi panduan dan solusi di bidang perekonomian, pendidikan, sosial dan pemerintahan. Oleh itu, sudah selayaknya, mulai dari individu, masyarakat dan negara menanamkan niat dan usaha untuk segera kembali ke jalan yang diredhai Allah seperti mana yang telah berlaku pada umat-umat terdahulu. Allah SWT berfirman:

“Pada hari ini, orang-orang kafir telah berputus asa daripada agama kamu, maka jangan kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada Aku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kamu agama kamu dan telah Aku cukupkan bagi kamu nikmat-Ku dan telah Aku reda Islam itu menjadi agama kamu. (TQS Al-Maidah[5]: 3)

Wallahu’alam...

Read More..

Children Of Heaven - Filem Evergreen Buatku


Jika ditanya kepada saya, filem apakah yang pernah membuat saya ‘terkesan’ ketika menontonnya, dek kerana jalan ceritanya yang sangat menyentuh hati dan mengesankan. Saya tidak ingat waktu sebenar saya menontonnya satu ketika dulu, maybe sekitar tahun 1999 iaitu setahun setelah filem tersebut ditayangkan dan mendapat award. Walau ia cerita yang sudah agak lama, namun filem tersebut masih di dalam ingatan saya. Saya, satu ketika dulu menontonnya di rumah teman, dan terasa auranya sehingga kini. saya mendapati bahawa filem ini tidak menggunakan dana yang tinggi seperti filem-filem hollywood atau bollywood. Namun, sinopsis dan plot ceritanya sungguh mengagumkan. Jika ada tanggapan bahawa filem yang bermutu itu perlu biaya yang besar, maka filem Children Of Heaven ini telah membuktikan sebaliknya sekali gus memberi jawapan sebenar, apa makna sebuah filem yang bermutu itu. Ia bukanlah terletak pada aktor dan aktresnya yang tampan dan jelita, atau keindahan latar tempat yang disunting seperti kebiasaan filem-filem grand hollywood dan bollywood, tetapi kunci kepada kesuksesan filem itu adalah terletak kepada bagaimana filem itu berjaya ‘hidup’ di sisi psikologi kehidupan manusia. Ah, terlalu berbasi basi. Saya tidaklah layak memberi komen lanjut berkenaan sesuatu filem, kerana saya bukanlah ‘ahlinya’, Cuma saya adalah salah seorang pengamat filem antarabangsa, haha. Kren banget bahasanya kan.

Saya merasa terpanggil untuk berkongsi filem yang penuh dengan nilai-nilai kehidupan di tengah-tengah kesempitan hidup dan liku-liku kehidupan di Iran. Jangan sampai filem yang bagus ini tidak pernah didengar oleh kita, walhal filem-filem yang kosong alias tidak bermutu berlambak di pasaran dan digemakan oleh media massa, sehingga anak-anak kita semua mengenalnya. Walau ini adalah cerita yang dihasilkan di timur tengah sana, namun ia selayaknya kita mengetahui dan menontonnya.

Guys, its very dramatic. Ia bermula apabila Ali (seorang budak - watak utama) berjumpa dengan tukang kasut untuk memperbaiki kasut adiknya. Dalam perjalanan pulang, Ali singgah di kedai runcit untuk membeli barang, dan meletakkan k
asut adiknya (yang baru dibaiki) di celah-celah kotak luar kedai runcit tersebut. Tanpa disedari, kasutnya itu telah dipungut oleh pemungut sampah. Di sinilah titik dan babak yang menghidupkan cerita ini. Disebabkan kasut adiknya yang hilang tersebut, kasutnya pula terpaksa digunakan oleh adiknya untuk ke sekolah (pada sebelah pagi), dan adiknya akan berlari sepantasnya untuk digunakan oleh Ali ke sekolah pada sesi petang. Semua ini berlarutan tanpa pengetahuan orang tua mereka, walaupun pernah sekali adiknya iaitu Fatimah akan memberitahu ayahnya tentang kehilangan kasutnya itu, namun ia hanya sekadar ucapan, kerana dia tidak sanggup melihat ayahnya susah dan meminjam wang kerana masalah mereka. Wow, babak ini telah menyentuh hati saya.

Pada suatu hari, guru disiplin sekolah Ali, telah bersedia untuk menghukum Ali yang telah beberapa hari ia perasan akan kelewatannya. Dia menyuruh Ali pulang dan menyuruh orang tuanya berjumpa dengannya untuk membincangkan masalah kelewatan Ali, hampir setiap hari. Walau Ali menangis dan merayu agar dimaafkannya dan tidak mengulanginya, tetapi guru disiplin tersebut tetap menyuruh ia pulang. Namun guru kelasnya yang kebetulan terserempak di luar, cuba berbincang dengan guru disiplin tersebut agar dimaafkan, dengan alasan bahawa Ali adalah seorang budak yang baik dan cemerlang di dalam kelas. Ali pernah mendapatkan sebatang pen yang elegan dari gurunya kerana markah ujiannya yang tinggi di dalam kelas. Lalu, pen tersebut diberikan kepada adiknya, untuk memberi kegembiraan sementara kepada adiknya kerana ia merasa bersalah di atas kehilangan kasut adiknya itu. Di antara adegan yang saspens di dalam filem ini ialah ketika Fatimah berlari pulang dari sekolah (sebab nak cepat bagi kasut pada abangnya), tiba-tiba kasutnya terlucut masuk ke longkang dan dihanyutkan sehingga sangkut di dalam ‘terowong longkang’. Ia menangis sedih. Nasib baik ada seorang tua menolongnya menjolok kasut yang tersangkut itu, lalu dikaup oleh pembersih longkang.


Suatu hari, Fatimah ternampak seorang yang memakai kasutnya yang hilang itu ketika dalam perhimpunan di sekolahnya. Lalu, dia mengekori perempuan itu sehingga ke rumahnya. Niat untuk meminta kasutnya itu dibatalkan oleh mereka berdua yang datang pada waktu lain, kerana melihat kondisi ayah perempuan itu yang buta. Di hari yang lain pula, ketika Fatimah berlari pulang, pen yang diberikan abangnya tercicir dan dijumpai oleh perempuan sama diekorinya pada hari sebelumnya. Pada hari berikutnya, mereka berjalan bersama ketika hendak ke sekolah. Namun, Fatimah berasa terkejut apabila perempuan kasutnya sudah tidak dipakai oleh perempuan itu, tetapi ia telah dibuang kerana ayahnya telah membelikan kasut yang baru. Sangat sedih, tetapi Fatimah tidak dapat berkata apa-apa.

Musim peperiksaan telah berakhir, dan sekolah Ali mengadakan saringan bagi pemilihan untuk peserta lumba lari bagi mewakili sekolahnya (entahlah, peringkat daerah, negeri atau negara). Pada mulanya Ali tidaklah tertarik untuk mengikuti pemilihan tersebut, namun setelah melihat hadiah bagi pemenang ke-3 adalah sepasang kasut, lalu dia mengubah niat untuk menyertainya. Walau ia sudah terlewat, dan guru sukan tersebut menghalaunya, Ali merayu dan menangis agar diberi peluang untuk diuji kepantasannya. Akhirnya Ali diuji, dan hasilnya sangat menakjubkan guru sukan itu, yang melayakkannya antara 6 pelajar di sekolah tersebut.

Anda nak tahu, aneh kan bagi seorang yang menyertai mana-mana pertandingan tetapi ingin tempat ke-3, tidak pertama. Haha. Ia semata-mata kerana sepasang kasut. Ali berlari sekuatnya sehingga mendahului, namun ia memperlahankan lariannya semata-mata untuk menempatkan dirinya di posisi ke-3, dan tidak pertama. Perkara yang dramatik sekali lagi berlaku. Ali terjatuh kerana ditolak oleh pelari di belakangnya. Namun, dia cuba bangkit dan mengejar peserta lainnya tanpa memandang kiri dan kanan, depan atau belakang, kerana ia teringatkan adiknya dan khuatir tidak menang posisi ke-3. Tetapi apa yang berlaku? Tidak disangka, Ali telah menjuarai posisi pertama di dalam pertandingan tersebut.

Ia pulang dengan perasaan hampa, dan dilihat oleh adiknya Fatimah. Ia membuka kasutnya, dan melihat kakinya yang luka hampir di seluruh bahagian. Direndam kakinya di dalam kolam depan rumahnya yang dipenuhi oleh ikan-ikan peliharaannya. And then... TAMAT!

Kelihatannya, filem ini seperti tergantung. Tetapi saya yakin, ia mempunyai motif tersendiri. Diharap filem seperti dapat dihasilkan lagi oleh pengkarya filem di seluruh dunia, sekali gus mengalahkan lambakan filem-filem ‘kosong’ yang memenuhi kaca-kaca televisyen masa kini. sekadar perkongsian.

Wallahu’alam....

Read More..

Selasa, 2 Disember 2008

Dilema Mencari Pasangan… (Part 2)


Guys, anda sudah menikah dan telah memilih ranting dan pokok seperti Sang Filosof? (Baca Dilema Mencari Pasangan Part 1). Setelah letih mencari sebuah makna cinta, lalu berjuang untuk memilikinya, dan akhirnya kita mendapatkan apa yang diperjuangkan tersebut. Seorang isteri yang kita mahukan sebagai pendamping hidup. Namun, terdetik persoalan, benarkah, kriteria yang ada pada sang isteri adalah seperti yang kita bayangkan sebelum menikah? Maklum saja, sebelum menikah kita hanya nampak ‘luarannya’ tanpa melihat ‘dalamannya’. Gaya tidurnya yang berdengkur membuat kita tidak selesa, cita rasa masakannya yang tidak sejajar dengan kemahuan kita, membuat kita selalu hilang selera ketika makan, rancangan televisyen yang tidak sama dengan kita membuat kita jemu senantiasa, dan banyak lagi yang membuat kita berfikir, dan menerawang pandangan ke atas langit lalu berfikir sejenak. Dik, dak, dik, duk. Oh tuhan, beginikah hakikat pernikahan. (Baru kamu tahu ya... perjuangan dalam pernikahan, hehe. Rasakan lho!)

Secara fitrah, menikah akan memberikan ketenangan (ithmi'nan/ thuma’ninah) bagi setiap manusia, asalkan pernikahannya dilakukan sesuai dengan aturan Allah Swt., Zat Yang mencurahkan cinta dan kasih-sayang kepada manusia.

Hampir setiap Mukmin mempunyai harapan yang sama tentang keluarganya, iaitu ingin bahagia, alias sakinah mawaddah warahmah. Namun, sebahagian orang menganggap bahawa, untuk menciptakan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah yang berkekalan adalah sesuatu yang tidak mudah. Fakta-fakta buruk kehidupan berumah tangga yang terjadi di masyarakat seolah-olah makin memperkuat tanggapan negatif kehidupan berumah tangga. Bahkan, tidak jarang, sebahagian orang menjadi enggan menikah atau menunda-nunda pernikahannya.

Fahami Dulu Erti Sebuah Pernikahan Dong!

Sesungguhnya menikah itu bukanlah sesuatu yang menakutkan, hanya memerlukan perhitungan cermat dan persiapan matang saja, agar tidak menimbulkan penyesalan. Sebagai risalah yang syamil (menyeluruh) dan kamil (sempurna), Islam telah memberikan tuntunan tentang tujuan pernikahan yang harus difahami oleh umat islam. Tujuannya adalah agar pernikahan itu berkah dan bernilai ibadah serta benar-benar memberikan ketenangan bahagi suami-isteri. Dengan itu, akan terwujud keluarga yang bahagia dan berkekalan. Hal ini bisa diraih jika pernikahan itu berdiri atas dasar pemahaman Islam yang benar.

Menikah hendaknya diniatkan untuk mengikuti sunnah Rasullullah saw., melanjutkan keturunan, dan menjaga kehormatan. Menikah juga hendaknya ditujukan sebagai sarana dakwah, meneguhkan iman, dan menjaga kehormatan. Pernikahan merupakan sarana dakwah suami terhadap isteri atau sebaliknya, juga dakwah terhadap keluarga keduanya, kerana pernikahan bererti pula mempertautkan hubungan dua keluarga. Dengan begitu, jaringan persaudaraan dan kekerabatan pun semakin luas. Ini bererti, sarana dakwah juga bertambah. Pada skala yang lebih luas, pernikahan islami yang sukses tentu akan menjadi pilar penopang dan pengukuh perjuangan dakwah Islam, sekali gus tempat bersemainya para pejuang dakwah masa depan.

Inilah tujuan pernikahan yang seharusnya menjadi asas bagi setiap Muslim ketika hendak menikah. Kerana itu, siapa pun yang akan menikah hendaknya betul-betul mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan untuk meraih tujuan pernikahan seperti yang telah digariskan Islam. Setidaknya, setiap Muslim, laki-laki dan perempuan, harus memahami konsep-konsep pernikahan islami seperti: aturan Islam tentang posisi dan peran suami dan isteri dalam keluarga, hak dan kewajipan suami-isteri, serta kewajipan orang tua dan hak-hak anak; hukum seputar kehamilan, nasab, penyusuan, pengasuhan anak, serta pendidikan anak dalam Islam. Ketentuan Islam tentang peran Muslimah sebagai isteri, ibu, dan pengurus rumah tangga sekali gus sebagai bahagian dari umat Islam secara keseluruhan, serta bagaimana jika kewajipan-kewajipan itu berbenturan pada saat yang sama; hukum seputar nafkah, waris, talak (cerai), rujuk, gugat cerai, hubungan dengan orang tua dan mertua, dan sebagainya. Semua itu membutuhkan penguasaan hukum-hukum Islam secara menyeluruh oleh pasangan yang akan menikah. Ertinya, menikah itu harus didasarkan pada ilmu. Bukan main hentam je ok?

Jadilah Sahabat yang Menyenangkan

Pernikahan pada dasarnya merupakan akad antara laki-laki dan perempuan untuk membangun rumah tangga sebagai suami-isteri sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Sesungguhnya kehidupan rumah tangga dalam Islam adalah kehidupan persahabatan. Suami adalah sahabat karib bahagi isterinya, begitu pula sebaliknya.

Keduanya benar-benar seperti dua sahabat karib yang siap berbahagi suka dan duka bersama dalam menjalani kehidupan pernikahan mereka demi meraih tujuan yang diredhai Allah Swt. Isteri bukanlah sekadar ‘patner’ kerja bagi suami, apalagi bawahan atau pegawai yang bekerja untuk suami. Isteri adalah sahabat, belahan jiwa, dan tempat curahan hati bagi suaminya. Wah romantik dan sentimental kan? Begitulah seharusnya!

Islam telah menjadikan isteri sebagai tempat yang penuh ketenteraman bagi suaminya. Allah Swt. berfirman:

وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا

Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian isteri-isteri dari jenis kalian sendiri supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya. (QS. ar-Rum [30]: 21).

Maka dari itu, sudah selayaknya suami akan merasa tenteram dan damai jika ada isteri di sisinya, demikian pula sebaliknya. Suami akan selalu cenderung dan ingin berdekatan dengan isterinya. Di sisi isterinya, suami akan selalu mendapat semangat baru untuk terus menapaki jalan dakwah, demikian pula sebaliknya. Keduanya akan saling tertarik dan cenderung kepada pasangannya, bukan saling terasing dan berjauhan. Keduanya akan saling menasihati, bukan mencela. Saling menguatkan, bukan melemahkan. Saling membantu, bukan bersaing.

Di sisi yang lain, setiap pasangan harus selalu siap bersama untuk meningkatkan kualiti ketakwaannya demi meraih kemuliaan di sisi-Nya. Mereka berdua senantiasa berharap, Allah Swt. berkenan mengumpulkan keduanya di syurga kelak. Ini bererti, tabiat asli kehidupan rumah tangga dalam Islam adalah ithmi'nan/tuma’ninah (ketenangan dan ketenteraman). Walhasil, kehidupan pernikahan yang ideal adalah terjalinnya kehidupan persahabatan antara suami dan isteri yang mampu memberikan ketenangan dan ketenteraman bahagi keduanya.

Untuk menjamin ketenangan dan ketenteraman tersebut, Islam telah menetapkan serangkaian aturan tentang hak dan kewajipan suami-isteri. Jika seluruh hak dan kewajipan itu dijalankan secara benar, terwujudnya keluarga yang sakinah mawaddah warahmah adalah suatu kepastian.

Bersabar atas Kekurangan & Perbedaan Pasangan

Sememangnya suatu perbedaan adalah lumrah di mana-mana. Antara baju dan seluar, fungsinya beda. Antara rumah banglo dan rumah teres sifatnya beda. Antara roti canai dan roti gardenia rasanya juga beda, hehe, dan begitulah seterusnya. Fungsi, sifat dan rasa antara satu kejadian dengan kejadian lainnya memang tidak sama. Punya kelainan tersendiri yang telah Allah SWT tetapkan. Manakala ketetapan itu semua tunduk di atas aturan Maha Pencipta. Begitulah kita dalam menyikapi semua kejadian yang ada di alam ini khususnya yang ada di depan mata kita.

Kerap terjadi, kenyataan hidup tidak seindah harapan. Begitu pula dengan kehidupan rumah tangga, tidak selamanya berlangsung tenang. Ada kalanya kehidupan suami-isteri itu dihadapkan pada berbagai masalah baik kecil mahupun besar, yang bisa mengusik ketenangan keluarga. Penyebabnya sangat beragam, bisa saja kerana kurangnya komunikasi antara suami-isteri, suami kurang makruf terhadap isteri, atau suami kurang perhatian kepada isteri dan anak-anak. Di pihak isteri, mungkin ia kurang pandai dan kurang kreatif menjalankan fungsinya sebagai isteri, ibu, dan pengurus rumah tangga, kerana adanya salah faham dengan mertua, atau suami yang 'kurang serius' atau 'kurang cekal' mencari nafkah. Penyebab lainnya adalah kerana tingkat pemahaman agama yang tidak seimbang antara keduanya. Apa yang lebih parah, jika keretakan rumah tangga adalah disebabkan sifat curang di antara kedua pasangan.

Sesungguhnya Islam tidak menafikan adanya kemungkinan terusiknya ketenteraman dalam kehidupan rumah tangga. Sebab, secara alami, setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti berhadapan pada berbagai persoalan. Hanya saja, seorang Muslim yang kukuh imannya akan senantiasa yakin bahawa Islam pasti mampu memecahkan semua masalah kehidupannya. Oleh kerana itu, dia akan senantiasa siap menghadapi masalah tersebut, dengan menyempurnakan ikhtiar untuk mencari solusinya dari Islam, seiring dengan doa-doanya kepada Allah Swt. Sembari berharap, agar dimudahkan dalam segala urusannya.

Keluarga yang sakinah mawaddah warahmah bukan bererti tidak pernah menghadapi masalah. Yang dimaksud adalah keluarga yang berdiri atas landasan Islam, dengan suami-isteri sama-sama menyedari bahawa mereka menikah adalah untuk ibadah dan untuk menjadi pilar yang akan mengukuhkan perjuangan Islam. Mereka siap menghadapi masalah apa pun yang menimpa rumah tangga mereka. Sebab, mereka tahu jalan keluar apa yang harus ditempuh dengan bimbingan Islam.

Islam telah mengajarkan bahawa manusia bukanlah malaikat yang selalu taat kepada Allah, tidak pula ma‘shum (terpelihara dari berbuat maksiat) seperti halnya para nabi dan para rasul. Manusia adalah hamba Allah yang memiliki peluang untuk melakukan kesalahan dan menjadi tempat berkumpulnya banyak kekurangan. Pasangan kita (suami atau isteri) pun demikian, memiliki banyak kekurangan. Oleh kerana itu, kadangkala apa yang dilakukan dan ditampakkan oleh pasangan kita tidak seperti gambaran ideal yang kita harapkan. Dalam situasi yang demikian, maka sikap yang harus diambil adalah bersabar! Bukan menjerit dan merengek seperti orang sedang kesakitan ok?

Sabar adalah salah satu perbuatan akhlak yang mulia, iaitu wujud ketaatan hamba terhadap perintah dan larangan Allah Swt. Sabar adalah sebahagian hukum syariat yang diperintahkan oleh Islam. (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 153; QS az-Zumar [39]: 10).

Makna kesabaran yang dimaksudkan adalah kesabaran seorang Mukmin dalam rangka ketaatan kepada Allah, dalam menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya ketika menghadapi ujian dan cubaan, termasuklah saat kita dihadapkan pada 'kekurangan' pasangan (suami atau isteri) kita.

Namun demikian, kesabaran dalam menghadapi 'kekurangan' pasangan kita harus dicermati dulu faktanya. Pertama, Jika kekurangan itu berkaitan dengan kemaksiatan yang menyebabkan adanya kelalaian terhadap kewajipan atau justeru melanggar larangan Allah Swt. Maka dalam hal ini, wujud kesabaran kita adalah dengan menasihatinya secara makruf serta mengingatkannya untuk tidak melalaikan kewajipannya dan agar segera meninggalkan larangan-Nya. Contoh pada suami: jika suami tidak berlaku makruf kepada isterinya, tidak menghargai isterinya, bukannya memuji tetapi justeru suka mencela, tidak menafkahi isteri dan anak-anaknya, enggan melaksanakan shalat fardhu, enggan menuntut ilmu, atau malas dalam berdakwah. Contoh pada isteri pula: isteri tidak taat pada suami, melalaikan pengasuhan anaknya, melalaikan tugasnya sebagai pengurus rumah tangga (rabb al-bayt), sibuk berkarier, atau mengabaikan upaya menuntut ilmu dan aktiviti amar makruf nahi mungkar. Sabar dalam hal ini tidak cukup dengan berdiam diri saja atau ‘selambe je’ dengan apa yang dilakukan oleh pasangan kita, tetapi harus ada upaya maksimal menasihatinya dan mendakwahinya. Satu hal yang tidak boleh dilupakan, kita senantiasa mendoakan pasangan kita kepada Allah Swt.

Kedua: Jika kekurangan itu berkaitan dengan hal-hal yang mubah maka hendaknya dikomunikasikan secara makruf di antara suami-isteri. Contoh: suami tidak terlalu romantis bahkan cenderung aneh; miskin akan pujian terhadap isteri, padahal sang isteri mengharapkan itu; isteri kurang pandai menata rumah, walaupun sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi tetap saja kurang estetikanya, sementara sang suami adalah orang yang kemas dan rapi; isteri kurang bisa memasak walaupun dia sudah berupaya maksimal menghasilkan yang terbaik; suami “cara bicaranya” kurang lembut dan cenderung bernada instruksi sehingga kerap menyinggung perasaan isteri; isteri tidak bisa berdandan untuk suami, model rambutnya kurang bagus, hasil cucian dan seterikaannya kurang rapi; dan sebagainya. Dalam hal ini kita dituntut bersabar untuk berkomunikasi tentang hal tersebut, memberikan masukan (nasihat dan saran), serta mencari jalan keluar bersama pasangan kita. Jika upaya sudah maksimal tetapi belum juga ada perubahan, maka terimalah itu dengan lapang dada seraya terus berdoa kepada Allah Swt. (Lihat: QS an-Nisa' [4]: 19). Rasulullah saw. bersabda:

Janganlah seorang suami membenci isterinya. Jika dia tidak menyukai satu perangainya maka dia akan menyenangi perangainya yang lain. (HR Muslim).

Inilah tuntunan Islam yang harus difahami oleh setiap Mukmin yang ingin rumah tangganya diliputi dengan kebahagiaan, cinta kasih, ketenteraman, dan langgeng. Agar dilema menjadi yakin, agar kecewa bertukar pasrah, agar pertanyaan menjadi jawapan! Fahamilah, bahawa pernikahan bukanlah permainan, tetapi perjuangan yang memerlukan pengorbanan dan ketaatan. Saksikan, aku bangga telah menikah!

Wallahu’alam...

Read More..